Solopos-fm
Kamis, 18 Desember 2014 - 14:40 WIB

Antisipasi Dini, Ibu Hamil Perlu Tes HIV

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu hamil (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, SLEMAN—Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman per Maret 2014, 13 ibu hamil menularkan HIV/AIDS kepada janinnya. Kondisi tersebut membuat pemerintah menggalakkan program pencegahan Mother to Child Transmission (MTC).

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Novita Krisnaeni mengatakan, sudah ada lima puskesmas di Sleman yang bisa melayani program pencegahan MCT.

Advertisement

Di antaranya adalah Puskesmas Mlati I, Depok III, Cangkringan, Sleman, dan Prambanan. Namun, obat antiretriviral [ARV] baru bisa didapatkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.Sardjito Jogja.

Melihat faktor risiko yang ada, Novita berharap semua ibu hamil bisa memeriksakan diri dan memastikan terkena HIV atau tidak. “Harapannya, kalau sudah ketahuan, kami beri ARV biar tidak menular ke janinnya,” kata Novita, Rabu (17/12/2014).

Novia menambahkan, pihaknya berusaha memudahkan akses untuk pemeriksaan HIV, termasuk layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).

Advertisement

Namun, sementara ini, VCT baru bisa dilakukan di RSUP Dr.Sardjito, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman, Rumah Sakit Grhasia, serta Puskesmas Mlati I dan Prambanan.

Jika hasil tes menyatakan positif HIV, selain dibujuk untuk menjalani pengobatan ARV, yang bersangkutan juga diminta tidak mengulangi tindakan berisiko.

“Setidaknya, itu [ARV] bisa menekan perkembangan virus di dalam tubuh sehingga tidak jatuh ke AIDS atau menularkannya ke orang lain,” ucap Novita menjelaskan.

Advertisement

Meski demikian, tindakan yang lebih penting adalah upaya preventif promotif. “Sosialisasi bahaya dan pencegahan HIV/AIDS lebih ditingkatkan lagi. Apalagi, kasus di Sleman didominasi usia produktif, yaitu 245 kasus untuk usia 20-29 tahun,” papar Novita.

Namun, upaya preventif promotif membutuhkan peran serta seluruh elemen masyarakat, termasuk pihak swasta dan LSM. “Masyarakat harus lebih dipahamkan lagi agar tidak mengucilkan ODHA [orang dengan HIV/AIDS],” kata Novita.

Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Arida Oetami juga mengimbau masyarakat mengubah stigma negatif terhadap ODHA.

“Stigma negatif merupakan bentuk diskriminasi yang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM bagi ODHA maupun keluarga yang bersangkutan,” kata Arida para peringatan Hari AIDS sedunia di Lapas Narkotika Kelas IIA Jogja, Pakem, Sleman, 1 Desember lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif