Soloraya
Rabu, 17 Desember 2014 - 08:00 WIB

SOLO UNDERCOVER : Kisah Pemandu Lagu Karaoke: Jadi PL Sejak Kelas III SMP

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi PSK (JIBI/Dok)

Solopos.com, SOLO—Kehidupan pemandu lagu (PL) karaoke termasuk di Kota Solo tak lepas dari kehidupan malam. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Selain ada yang masih kuliah, ada juga yang putus sekolah. Mereka menjadi PL sejak duduk di bangku kelas IX atau kelas III SMP. (Kuliah Sambil Jadi PL)

Solopos.com belum lama ini juga menyambangi sebuah tempat indekos di Solo. Dua perempuan muda, Fanny, 18, dan Sofie, 19, tengah duduk santai di sebuah tempat indekos yang terletak di Kota Bengawan. Di kamar berukuran 4 meter x 5 meter itu keduanya tertawa riang. (Goyang Pinggul dan Rupiah pun Mengalir)

Advertisement

Fanny mengaku sejak sekolah menengah atas (SMA) telah bekerja menjadi PL tidak tetap atau freelance. (Sebulan Kantongi Rp17 Juta)

“Sejak kelas XI SMA atau setahun yang lalu saya diajak teman untuk nemenin orang di [tempat] karaoke,” terang dia, Jumat (12/12/2014).

Dia mengaku memilih berhenti sekolah tepat setelah ujian tengah semester berakhir. Pilihan menjadi PL bukan karena desakan ekonomi keluarga, tetapi murni dari keinginan pribadi.

Advertisement

“Awalnya iseng sih, tapi lama-lama ketagihan dan susah kalau mau berhenti dari pekerjaan ini. Kalau enggak jadi PL mau jadi apa lagi,” ceritanya.

Fanny pernah menjajal menjadi PL atau kerap disebut Lady Escort (LC) salah satu tempat karaoke di Gunung Kemukus, Sragen. Namun, di sana dia tak bertahan lama.

“Saya diajak teman juga di sana [Gunung Kemukus] tapi bertahan selama sepekan karena saya tidak betah. Para LC di sana seperti tidak dihargai tamu, untuk itu sekarang saya hanya menerima panggilan atau freelance,” tutur dia.

Advertisement

Alasan serupa dilontarkan PL lainnya yang juga teman satu tempat indekos Fanny, Sofie, 19. Sejak kelas IX sekolah menengah pertama (SMP) ia sudah menemani para tamu di ruang karaoke.

“Dari SMP saya kerap keluar malam, terus suka karaoke sama teman-teman. Setelah itu ada orang yang minta saya temani jadi keterusan. Orang tua sih masih mampu membiayai, bahkan sekarang saja kalau saya kehabisan uang, mereka masih mau memberi,” ujarnya.

Perempuan berambut panjang sepunggung itu mengatakan ia hanya ingin mendapatkan kesenangan saat menemani karaoke pelanggannya.

“Pekerjaan ini sebagai hiburan saja, kalau uangnya sih sebenarnya enggak seberapa,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif