Soloraya
Rabu, 17 Desember 2014 - 20:43 WIB

BANJIR SUKOHARJO : "Air Semakin Tinggi, Semalaman Waswas"

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi banjir (M Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO—Hari Rabu (17/12/2014) pagi menjadi hari sibuk bagi warga Sanggrahan, Sukoharjo. Pagi tadi benar-benar menjadi hari yang sibuk bagi Wasdi, 54, warga Dusun Sanggrahan, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Bukan sibuk bekerja untuk menafkahi keluarga, Wasdi justru direpotkan menguras air yang menggenangi rumahnya. Dengan berbekal cikrak dari bekas makanan kaleng, Wasdi membuang air yang masih menggenangi rumahnya.

Advertisement

“Air mulai masuk rumah selepas Magrib, Selasa (16/12). Saya sudah berusaha menghalanginya dengan memasang debog [pelepah pisang], tapi air masih saja merembes masuk. Pertama-tama, yang saya selamatkan adalah buku sekolah anak-anak. Setelah itu, saya menyelamatkan barang-barang lain seperti pakaian dan peralatan elektronik,” papar Wasdi saat ditemui Solopos.com di sela-sela kesibukannya membersihkan rumah, Rabu (17/12/2014).

Sambil terus menguras air di lantai, Wasdi bercerita tentang luapan air yang menggenangi rumahnya. Hujan memang sempat mengguyur sejak Selasa hingga Rabu dini hari. Namun, puncak genangan terjadi sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.

Advertisement

Sambil terus menguras air di lantai, Wasdi bercerita tentang luapan air yang menggenangi rumahnya. Hujan memang sempat mengguyur sejak Selasa hingga Rabu dini hari. Namun, puncak genangan terjadi sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.

Lutut Orang Dewasa
Genangan air yang merendam rumahnya setinggi lutut orang dewasa. “Saya semalaman tidak tidur. Saya khawatir genangan akan semakin meninggi sehingga membuat saya waswas,” papar Wasdi.

Hal senada juga dikemukakan Darmini, 59, tetangga sebelah rumah Wasdi. Dia mengaku semalaman waswas karena genangan air semakin meninggi. Dia mengakui genangan air yang masuk ke rumahnya merupakan yang terparah sejak 2004 silam.

Advertisement

Langkah pertama yang dilakukan Darmini saat air mulai merendam rumahnya juga menyelamatkan buku-buku sekolah. Baik Wasdi maupun Darmini sadar betul arti penting pendidikan bagi anak-anaknya.

Oleh sebab itu, keduanya tidak ingin pendidikan anak-anak terganggu lantaran buku sekolah mereka rusak akibat terendam air.

Wasdi dan Darmini adalah dua dari belasan warga yang rumahnya terendam banjir luapan dari Sungai Sanggrahan. Darmini menyadari permukaan tanah, tempat rumahnya berdiri relatif lebih rendah.

Advertisement

Solusi utama ialah meninggikan lantai rumah. Namun, Darmini mengaku tidak memiliki cukup uang untuk meninggikan bagian lantai rumahnya. “Apa yang bisa diharapkan dari pekerjaan suami saya yang hanya menjadi tukang penarik becak,” tandasnya.

Bayan Dusun Sanggrahan, Sudarno, berharap Pemkab Sukoharjo bisa membantu mengatasi masalah banjir yang kerap melanda Sanggrahan saat musim hujan.

“Saya sudah keliling kampung, ada belasan rumah yang terendam banjir, luapan Sungai Sanggrahan. Saya berharap ada perhatian khusus dari Pak Bupati Sukoharjo,” pintanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif