SOLOPOS.COM - Ilustrasi Stop kekerasan kepada anak. (JIBI/Harian Jogja/Antara).
Harianjogja.com, BANTUL– Hanya gara-gara game online, seorang siswa SD di Kec. Sanden Bantul dikeroyok 13 temannya di sekolah. Aksi
kekerasan tersebut dinilai miris sebab terjadi di kalangan pelajar yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Pemukulan terhadap korban berinisial S siswa kelas V SD 2 Sanden Bantul itu bermula 8 Desember lalu, saat 13 orang temannya satu kelas
bermain ke rumahnya di Desa Murtigading, Sanden. Saat itu teman-temannya meminta S memberi tahu password komputer berisi game online
agar mereka dapat bermain. Namun S menolak meminjamkan game online ke teman-temannya itu.
Esok harinya, rekan S berinisial Y mengajak teman-temannya yang tidak dipinjami game online untuk mengeroyok S.
“S dipukul pagi itu, lalu dilanjutkan siang saat istirahat. Totalnya 13 pukulan,” terang Enggar Sujatmiko Ketua Komisi D DPRD Bantul seusai
melakukan inspeksi mendadak (sidak) di SD 2 Sanden Selasa (16/12/2014).
Bocah berusia 10 tahun tahun mengalami lebam di bagian wajah dan mendapat perawatan di puskesmas terdekat. Orang tua S, Sugito menurut
Enggar Surya Jatmiko mengadukan persoalan ini ke DPRD Bantul.
“Dia mengadu ke sini karena pertemuan antara sekolah, orang tua korban dengan orang tua 13 anak yang mengeroyok tidak menghasilkan
keputusan penting. Justru pertemuan orang tua itu pun datang dari inisiatif orang tua korban,” ujarnya.
Komisi D DPRD yang membidangi masalah pendidikan itu mempertanyakan fungsi pengawasan oleh sekolah yang tidak dapat mencegah dan
membiarkan aksi kekerasan itu terjadi di sekolah.
“Sebenarnya persoalan ini sudah selesai, orang tua korban sudah dipertemukan, juga sudah bermaafan. Anak-anak itu juga sudah kembali
bermain bersama,” terang Kepala SD 2 Sanden Saryana.