Solopos.com, WONOGIRI – Lahan seluas 6.000 hektare di Wonogiri berada di lokasi rawan bencana tanah longsor. Mayoritas lahan kritis tersebut terdapat di hutan rakyat yang tersebar di 25 kecamatan.
“Lahan kritis terdapat di hutan rakyat terutama di wilayah Wonogiri bagian selatan,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Wonogiri, Gatot Siswoyo, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (15/12/2014).
Menurut Gatot, lahan kritis tersebut disebabkan beberapa faktor seperti kebakaran hutan, penggalian tanah dan penebangan liar. Selain itu, kepedulian warga akan kondisi lingkungan hidup masih minim. Padahal, kata dia, peran pepohonan dalam menahan erosi tanah sebagai pemicu tanah longsor cukup besar.
Dishutbun Wonogiri telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisasi lahan kritis di Wonogiri. Konservasi lahan dan hutan dilakukan secara berkala.
Misalnya, pembuatan embung sumur serapan dan Dam penahan lahan kritis. Hal ini dilakukan untuk menekan bertambahnya lahan kritis di Kota Gaplek.
Di sisi lain, Kabid Kehutanan Dishutbun Wonogiri, Joko Fajar S, mengungkapkan warga akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan terkait pencegahan lahan kritis.