Lifestyle
Minggu, 14 Desember 2014 - 14:20 WIB

LIBURAN AKHIR TAHUN : Gila Belanja Tak Selalu Buruk

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harianjogja.com, JOGJA–Siapa tak suka berbelanja. Baik untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan, berbelanja adalah hal yang mengasyikkan. Namun jika hal satu ini membuat Anda terjebak pada utang maka patutlah untuk segera melakukan evaluasi pada diri Anda.

Sovi Amelia, 21, mahasiswi jurusan komunikasi di salah satu perguruan tinggi di Jogja memiliki penampilan yang sedikit berbeda dengan beberapa kawan sepermainannya.

Advertisement

Sejumlah barang bawaannya seperti tas, sepatu dan pakaian apalagi gadget bahkan kendaraan memiliki merek ternama. Bukan tanpa alasan Sovi bisa tampil mewah seperti itu.

Dia adalah anak tunggal, orangtuanya pengusaha di Jakarta, namun kedua orangtuanya telah berpisah beberapa tahun lalu. Materi yang berlimpah membuat Sovi gampang saja memenuhi hampir semua keinginan untuk menyenangkannya apalagi sekedar mencukupi kebutuhannya.

Advertisement

Dia adalah anak tunggal, orangtuanya pengusaha di Jakarta, namun kedua orangtuanya telah berpisah beberapa tahun lalu. Materi yang berlimpah membuat Sovi gampang saja memenuhi hampir semua keinginan untuk menyenangkannya apalagi sekedar mencukupi kebutuhannya.

Dari hobinya berbelanja itu, bahkan Sovi pernah menggelar bazaar beberapa waktu lalu. Dia menjual barang-barang miliknya. Pakaian berbagai merek dan jenis, tas, dompet, kacamata, aksesoris, bahkan sampai sepatu dan topi dia jual dengan harga yang sangat rendah.

Sebagian dia dapatkan saat pergi ke luar negri atau membeli secara online. Alasannya menjual barang-barangnya tentu bukan mencari keuntungan, melainkan barang-barang tersebut sudah jarang dia pakai karena tidak suka atau karena telah muncul model-model baru.

Advertisement

Kondisi semacam ini bisa dikatakan sebagai bentuk perkembangan ekonomi dewasa ini. Masyarakat makin mudah menemukan tempat perbelanjaan yang menyediakan aneka barang bagus. Tak hanya itu, cara pembeliannya pun juga makin mudah dirasakan oleh pembeli, salah satunya lewat kartu kredit.

Kemajuan ini sebenarnya tidak saja terjadi di daerah perkotaan. Masyarakat pedesaan meskipun dengan cara yang sedikit berbeda (bukan dengan kartu kredit) rela mencicil setiap beberapa hari sekali demi mendapatkan barang yang diinginkannya.

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan itu, para konsumen perlu mewaspadai agar jangan sampai menimbulkan kebiasaan belanja yang berlebihan. Belanja yang berlebihan, membeli banyak hal yang sebetulnya kurang diperlukan (boros) akan berbahaya, tidak hanya keuangan kita tetapi juga kondisi psikologis.

Advertisement

Sikap belanja terencana sangat penting supaya tidak terjebak dalam perilaku gila belanja. Membuat perencanaan keuangan berbasis skala prioritas juga sangat dianjurkan supaya kebutuhan pokok tidak telantar hanya demi memuaskan keinginan.

Sebaliknya, jika ingin mentolerir diri sendiri untuk membeli barang mewah sebiknya rencanakan dengan sebaik-baiknya, apakah dibeli secara kredit atau tunai.

Soal mengatasi perilaku gila belanja, Tria Fitria, 32, ibu rumah tangga yang tinggal di Mantrijeron, Jogja ini memiliki cara yang cukup unik.

Advertisement

Meskipun dia memiliki suami yang berpenghasilan cukup untuk berbelanja barang-barang yang dia inginkan, Tria memilih untuk menabungnya atau membelikannya emas. Sesekali jika dia ingin berbelanja barang seperti tas atau sepatu dengan model terbaru, Tria mempertimbangkannya dengan matang.

“Salah satu cara untuk ngerem keinginan belanja barang-barang yang kurang penting biasanya saya survei dulu, saya cobain barangnya, tapi tidak langsung membeli, saya beri kesempatan diri saya satu atau dua hari, jika keinginan ada dan keuangan tidak terganggu barulah saya beli,” kata ibu dua anak ini yang memutuskan untuk berhenti bekerja setelah berumahtangga.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif