Lifestyle
Minggu, 14 Desember 2014 - 12:50 WIB

KULINER SOLORAYA : Sambal Cabuk, Si Hitam Favorit Ibu Tien

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sega kalong (Farid Syafrodi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Menikmati kuliner khas zaman dulu memang memberikan cita rasa tersendiri bagi penikmatnya. Mulai dari cara pembuatan, pemakaian bumbu serta penampilan, biasanya disesuaikan dengan kondisi saat makanan tersebut diciptakan. Sensasi itulah yang bakal didapat kala mencecap pedasnya sambal cabuk pada sega kalong di Warung Sego Kalong.

Sambal warna hitam ini bisa dibilang sudah hampir punah karena tidak banyak orang yang membuat sambal tersebut. Sambal khas asli Wonogiri, ini konon katanya sangat disukai mantan Ibu Negara, almarhumah Ibu Tien Soeharto.

Advertisement

Pemilik Warung Sego Kalong, Parikesit, mengatakan untuk mendapatkan sambal tersebut memang agak susah karena saat ini jarang ada orang yang membuat sambal cabuk. “Proses pembuatannya makan waktu dua hari. Mungkin karena susahnya membuat sambal cabuk, jadi banyak orang yang sudah tidak membuat lagi. Zaman dulu sambal ini dijual oleh simbah-simbah di Solo,” ujar Parikesit saat ditemui Solopos.com di warungnya, belum lama ini.

Proses pembuatan sambal yang hampir punah ini dimulai dari pemerasan ampas wijen. Setelah itu ampas tersebut digiling, dikukus dan diwarnai dengan merang sehingga berwarna hitam. Setelah diwarnai, kata Pari, bahan mentah sambal tersebut masih harus dikukus lagi.

Soal rasa, Pari mengaku mengolah bahan mentah yang didapat dari produsen cabuk di Wonogiri itu, lalu diramu sendiri sehingga menemukan paduan pas antara rasa pedas, asam, manis, dan getir. Agar tampilannya menarik, dia membungkus sambal hitam tersebut dengan daun jati. “Orang Wonogiri dan Solo sendiri mungkin belum banyak yang kenal sambal ini, apalagi orang luar kota. Karena itu sambal cabuk ini jadi andalan di Sego Kalong,” kata dia.

Advertisement

Nasi Bakar Pendhil

Nasi bakar ayam pendhil (Farid Syafrodi/JIBI/Solopos)

Lain lagi dengan sajian nasi bakar pendhil di Waroeng Londo. Manajer Operasional Waroeng Londo, Sularno, mengatakan nasi bakar pendhil terinspirasi dari cara makan orang zaman dulu yang tidak menggunakan piring seng maupun keramik, tapi dengan gerabah. Pada masa silam, piring seng dan keramik hanya bisa dipakai oleh orang-orang kaya.

Advertisement

Nasi bakar pendhil, kata dia, adalah perpaduan antara pembuatan nasi gurih dengan nasi liwet. Sebelum dimasukkan ke dalam pendhil, nasi dibuat gurih dengan cara saat menanaknya dicampur dengan aneka rempah dan santan gurih. “Pemakaian pendhil-nya terinspirasi dari pembuatan nasi liwet. Kan kalau membuat nasi liwet itu pakai dandang yang besar. Beras ditanak di kukusan kerucut, lalu disiram dengan santan,” kata Sularno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif