Jogja
Minggu, 14 Desember 2014 - 04:40 WIB

DAMPAK KENAIKAN BBM : Angkutan Umum Rasakan Hidup Segan, Mati Tak Mau

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Terminal Dhaksinarga jelang lebaran 2014. Dishubkominfo Gunungkidul membuat kebijakan untuk mewajibkan tiap bus AKAP masuk ke terminal. Namun, mayoritas bus masih enggan menurunkan penumpang di terminal. (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Organisasi Angkutan Darat (Organda) Gunungkidul mengatakan kondisi perusahaan angkutan umum bagaikan hidup segan, mati tak mau.

Sekretaris Organda Gunungkidul Wasdianto mengatakan, kondisi angkutan umum di Gunungkidul dinilai cukup memprihatinkan. Pasalnya, setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, jumlah pengunjung menurun drastis.

Advertisement

“Saat ini, jumlah penumpang paling 40 persen dibandingkan sebelum kenaikan harga BBM. Bisa dikatakan habis. Pengguna rata-rata mahasiswa dan pelajar,” ungkap dia kepada Harianjogja.com, Jumat (12/12/2014).

Penghasilan operasi setiap hari terhitung pas-pasan. Pasalnya, penghasilan yang ada juga digunakan untuk membeli bahan bakar, perawatan kendaraan, serta setoran. Padahal, tarif sudah dinaikkan 10% hingga 15%.

“Jurusan Jogja-Wonosari biasanya Rp7.000, sekarang Rp10.000. Kami pun belum berani menaikkan tarif hingga 30 persen,” ungkap dia.

Advertisement

Menurut dia, dinaikkan sedikit saja penumpang sudah turun drastis. Ia khawatir, penumpang akan habis jika tarif dinaikkan sampai 30%. Namun, di sisi lain, jika tarif tidak dinaikkan, perusahaan kendaraan umum merugi.

“Sepertinya, kami memang harus menaikkan tarif hingga 20 persen. Kondisinya memang seperti ini. Apalagi sekarang warga lebih memilih menggunakan sepeda motor,” ungkap dia.

Wasdianto berharap, pemerintah bisa memberikan jalan keluar tentang kondisi tersebut. Menurutnya, imbauan pemerintah untuk meningkatkan kenyamanan dan pelayanan di angkutan umum bukanlah solusi yang tepat.

Advertisement

“Kendaraan umum kalah dengan kendaraan pribadi. Sepeda motor sekarang bukanlah barang mewah lagi,” imbuh dia.

Salah satu sopir bus jurusan Jogja-Wonosari Sunardi mengatakan, semenjak kenaikan harga BBM, jumlah penumpang turun. Biasanya ia bisa mengangkut hingga 30 penumpang. Namun, akhir-akhir ini penumpangnya menjadi 25 orang.

“Pernah juga hanya mendapatkan tujuh penumpang,” tutup dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif