Lifestyle
Sabtu, 13 Desember 2014 - 22:40 WIB

KULINER SOLORAYA : Mau Kuliner Zadul? Coba Sega Kalong atau Nasi Bakar Pendhil...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nasi Bakar Ayam Pendhil (Farid Syafrodi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pernah dengar kuliner sega kalong dan nasi bakar pendhil? Bagi sebagian besar orang, nama dua makanan itu mungkin terdengar asing. Padahal, keduanya ternyata merupakan sajian kuliner tinggalan zaman dulu alias zadul.

Kendati tak populer, kuliner zadul itu menjadi sajian utama sejumlah warung makan dan tempat menongkrong di Kota Solo. Kehadiran dua menu itu menjadi bukti masih ada pelaku usaha makanan yang peduli terhadap khasanah kuliner zadul tersebut dengan tujuan melestarikan makanan tersebut.

Advertisement

Sega kalong (Farid Syafrodi/JIBI/Solopos)

Menyandang status sebagai kuliner zadul, penampakan sega kalong di Warung Sego Kalong, Jl. Madukoro, Kratonan, Solo, Jawa Tengah memang unik. Di warung yang terletak di gang pertama sebelah selatan Paparons Pizza ini, sega kalong disajikan secara prasmanan.

Advertisement

Menyandang status sebagai kuliner zadul, penampakan sega kalong di Warung Sego Kalong, Jl. Madukoro, Kratonan, Solo, Jawa Tengah memang unik. Di warung yang terletak di gang pertama sebelah selatan Paparons Pizza ini, sega kalong disajikan secara prasmanan.

Anda bisa memilih menikmati menu zadul ini dengan nasi putih, nasi merah maupun nasi tiwul yang diwadahi bakul. Sementara untuk lawuh tersedia ayam goreng lengkuas, tahu dan tempe bacem, gereh atau ikan asin, bakwan, urap, ikan wader goreng, dan sebagainya. Jangan lupa untuk mengambil sambal cabuk yang dibungkus kecil-kecil dengan daun pisang.

Sega kalong disajikan dengan alas daun jati yang wangi. Karenanya, saat menikmati sega kalong yang masih kemebul, pelahapnya seakan terbang ke zaman simbah dulu. Aroma sambal cabuk hitam yang dihangatkan dengan cara dibakar kian memikat selera makan.

Advertisement

“Banyak orang mengira sambal cabuk ini sama dengan cabuk rambak, padahal mirip pun tidak. Nama sego kalong ini juga merujuk pada sambalnya yang berwarna hitam dan tidak memakai daging kalong. Orang Solo sendiri mungkin juga belum banyak yang tahu sambal cabuk dan sego kalong ini,” kata pemilik warung Sego Kalong, Parikesit, saat ditemui Solopos.com, belum lama ini.

Waroeng Londo
Sementara itu, Waroeng Londo di Jl. Reksoniten No 35, Gajahan, Solo menyuguhkan nasi bakar pendhil. Warung yang kental dengan nuansa dan bangunan kolonial Belanda ini, sangat unik.

Nasi bakar tidak disajikan dengan balutan daun pisang pada umumnya, tapi menggunakan pendhil atau gerabah mirip gentong kecil. Jenis nasi untuk sajian ini adalah nasi gurih dengan irisan daging ayam berbumbu di tengahnya.

Advertisement

Tak heran ketika tutup pendil dibuka, aroma gurih langsung menyebar. Sebelum menyantap, sebaiknya nasi diaduk terlebih dahulu sehingga nasi gurih tercampur dengan daging ayam bumbu yang dibuat agak basah. Irisan daun jeruk nipis, daun kemangi, dan seruas cabai rawit di dalamnya semakin menambah wangi nasi bakar ini.

“Nasi bakar pendhil ini paling banyak diminati pengunjung. Cara makannya harus santai karena panasnya nasi gurih terjaga dalam pendhil. Kalau nasi bakar dibungkus daun lebih cepat dingin,” ungkap Manajer Operasional Waroeng Londo, Sularno, saat ditemui Solopos.com di warung tersebut, Selasa (2/12).

Tahu dan tempe goreng serta lalapan jadi pendamping yang cocok untuk menemani menuntaskan seporsi nasi bakar pendhil ini. Bila lauknya masih kurang, Anda bisa pesan ayam sapit. Ayam sapit ini adalah sajian kuliner khas Palembang dengan bumbu-bumbu asli dari tempat asalnya. Sebagai pengusir rasa gerah, pesan saja wedang jahe tape ijo. Seporsi nasi bakar pendhil dijual Rp17.500 dan segelas wedang jahe tape ijo Rp5.500.

Advertisement

Salah satu pengunjung Waroeng Londo, Indra Permana, mengaku selalu memesan nasi bakar jika berkunjung ke warung tersebut. “Tampilan dan rasanya unik. Kalau bosan, biasanya saya ganti dengan nasi baker mampus yang pedas banget, jadi rasa gurih dan pedas jadi satu menu,” kata Indra.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif