Jogja
Sabtu, 13 Desember 2014 - 19:20 WIB

KASUS MIRAS BANTUL : Arak Permen Karet Berujung Kebutaan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ILUSTRASI (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Harianjogja.com, BANTUL-Peredaran minuman keras (miras) di Bantul tidak hanya mengakibatkan kematian, tetapi juga kebutaan. Seperti kisah warga Dusun Kersan, Desa Timbulharjo, Bantul berikut ini.

Sudah dua minggu terakhir, Andi Rujito, 33, mendekam di dalam rumah lantaran matanya tak lagi berfungsi. Saat disambangi di rumahnya di Dusun Kersan, Desa Timbulharjo, Sewon Bantul, duda beranak satu itu hanya terbaring di kasur tipis dekat ruang tamu. Ia sendiri di rumah itu, ke dua orang tuanya tengah bekerja di sawah.

Advertisement

Kebutaan yang dialaminya bermula tiga minggu lalu, setelah ia membeli miras oplosan di Jalan Bantul. Oleh penjual, Andi ditawari miras oplosan jenis arak keluaran baru.

“Katanya baru, tapi memang beda dari miras biasanya. Baunya enak seperti permen karet, juga bau vodka kalau yang biasa baunya keras. Warnanya agak kekuningan dan sudah dioplos dari penjual jadi siap minum,” tutur lelaki yang biasa disapa Andit itu Jumat (12/12/2014).

Andit lalu membeli satu liter arak seharga Rp15.000. Seminggu kemudian ia kembali lagi ke Jalan Bantul membeli miras yang sama. Namun usahanya kali ini menuai petaka. Satu jam setelah menenggak arak bau permen karet itu, Andi langsung cegukan dan merasa sakit di dada dan lambung. Cegukan itu berlangsung dari pagi hingga sore. Malam harinya ia berobat ke tabib tetapi sakitnya tak berkurang. Esok harinya ia berobat ke RS PKU Muhamadiyah Bantul, dan hari itu pula penglihatannya mulai sirna.

Advertisement

“Saya minum Rabu, malamnya berobat. Kamis besoknya penglihatan gelap total. Tapi karena RS PKU Muhamadiyah Bantul penuh saya pindah ke RS Patmasuri,” kenang dia.

Seminggu kemudian, penglihatan Andi mulai membaik walau masih gelap. Sampai sekarang, ia hanya mampu melihat bayangan, dan sedikit cahaya lampu. Ia bahkan tidak bisa melihat jari tangannya sendiri. Menurut dokter, kebutaan yang menyerang saraf mata lelaki berambut ikal itu sulit untuk disembuhkan.

Nasi telah menjadi bubur, Andit kini baru mengaku kapok menenggak minuman keras. Menurut dia, ia sudah 19 tahun mengonsumsi miras berbagai jenis. Mulai dari miras bermerek seperti mansion, vodka hingga kelas abal-abal seperti arak atau ciu KW (kualitas nomor dua). Ia bahkan menenggak minuman berbahaya itu setiap hari. Andit biasa mencampur arak atau ciu dengan minuman suplemen seperti Kratingdaeng atau Kuku Bima.

Advertisement

“Kalau orang lain secangkir saja sudah pusing, saya sebotol saja masih kuat setiap hari. Saya minumnya sendiri enggak bawa teman. Sebenarnya jeroan saya [organ tubuh bagian dalam] seperti lambung sudah sakit,” paparnya.

Menurut Andit, maraknya peredaran miras di desanya sudah jadi rahasia umum. Penjual miras di wilayah ini bertebaran. Kebanyakan produksi miras dilakukan di rumah tangga. Miras oplosan itu dikemas ke dalam botol mineral atau kantong plastik. Di Desa Timbulharjo, Sewon dalam tiga bulan terakhir sudah dua orang tewas karena miras. Yaitu warga Dusun Dadapan dan Dusun Balong.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif