Soloraya
Jumat, 12 Desember 2014 - 11:45 WIB

Komunitas Beladiri dan Polres Klaten Deklarasikan Komitmen Antikekerasan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu perwakilan kelompok beladiri di Klaten membubuhkan tanda tangan dalam Deklarasi Anti Kekerasan di gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Delanggu, Klaten, Kamis (11/12/2014) sore. Kegiatan itu diadakan Polres Klaten bersama Muspida untuk menjaga kondusivitas wilayah. (Ayu Abriyani/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Polres Klaten bersama Muspida setempat menggelar Deklarasi Anti Kekerasan bersama semua komunitas seni beladiri se-Kabupaten Klaten di Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Delanggu, Kamis (11/12/2014) sore.

Deklarasi itu dihadiri sekitar 200 orang dari seluruh pengurus beladiri Klaten. Seperti Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (Forki), Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat), Taekwondo, Wushu, dan Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI).

Advertisement

Menurut Kapolres Klaten, AKBP Langgeng Purnomo, deklarasi itu untuk mengukuhkan rasa kerukunan, gotong royong, dan antitindak kekerasan terutama bagi seluruh komunitas seni beladiri di Klaten.

“Untuk mendukung pembangunan di daerah, salah satu faktor yang diperlukan adalah adanya kedamaian, kerukunan, dan rasa gotong royong dalam menciptakan kondusivitas di wilayah. Jadi, perlu adanya kesamaan persepsi untuk tetap menjaga kerukunan antarwarga Klaten,” kata Kapolres.

Saat itu, deklarasi juga dihadiri staf ahli Bupati Klaten, Widya Sutrisna; Dandim 0723/Klaten, Letkol Infanteri Thomas Heru Rinawan; Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Klaten, Otto Saksono.

Advertisement

Selain deklarasi, di dalam acara tersebut juga ada tauziah yang disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Klaten, Syamsudin Asyrofi.

Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa waktu lalu salah satu perguruan silat di Klaten bergesekan dengan warga hingga ada yang luka parah dan harus dirawat di rumah sakit. Permasalahan itu dipicu kesalahpahaman antara warga dan perguruan silat itu. (baca: 2 warga Juwiring Babak Belur)

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif