News
Jumat, 12 Desember 2014 - 23:30 WIB

INTEROGASI BRUTAL CIA : Inilah Arsitek Praktik Interogasi Brutal Terhadap Terduga Teroris

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo CIA (wikipedia.org)

Solopos.com, WASHINGTON — Salah satu arsitek model interogasi brutal CIA, Bruce Jessen, menyatakan telah keluar sebagai pemimpin gereja Mormon sejak 2012 lalu. Hal ini dia ungkapkan di tengah sorotan tajak terhadap cara-cara memerangi terorisme, termasuk interogasi terhadap para terduga teroris.

Hingga saat ini tidak ada satu pun pejabat CIA yang ditahan terkait kekerasan dalam interogasi brutal CIA terhadap para tahanan terduga teroris itu. Namun Jessen yang merupakan mantan psikolog angkatan udara AS itu mengaku mendapatkan reaksi keras di daerah asalnya terkait misi perang terhadap terorisme yang dia jalankan.

Advertisement

Dampaknya, Jessen mundur dari posisinya sebagai uskup jemaat Gereja Mormon di Spokane, Washington. Hal itu dia lakukan setelah para aktivis HAM setempat melalui media massa lokal mengkritik perannya di CIA. “Tidak fair bagi saya untuk membawa kontroversi ini ke hadapan banyak orang, jadi saya memutuskan untuk mundur,” kata Jessen kepada Reuters di Spokane, Jumat (12/12/2014).

Berdasarkan laporan Senat AS yang dirilis pekan ini, perusahaan yang dijalankan Jessen dan mantan psikolog Angkatan Udara AS lainnya, James Mitchell, menerima uang US$80 juta dari CIA. Laporan itu menyebutkan keduanya menyuruh pelaksanaan praktik waterboarding (memasukkan kepala ke air), menampar wajah, dan memasukkan terduga teroris ke dalam kuburan.

Laporan yang ditulis oleh seseorang yang disamarkan namanya, namun pihak intelijen mengetahui identitasnya. Awal pekan ini, James Mitchel mengatakan laporan itu bohong. Sedangkan Jessen menolak berkomentar.

Advertisement

“Saya dalam posisi yang sulit. Anda ingin merekamnya langsung,” katanya. Dia juga menuduh media massa membuat pembelokan fakta tentang metode interogasi CIA.

Jessen, 65, hanya menghabiskan waktu 3 bulan untuk memimpin jemaat Gereja Mormon di Spokane sebelum mundur pada Oktober 2012. “Ini karena kekhawatiran tentang masa lalunya soal teknik interogasi [CIA],” kata juru bicara Gereja Jesus Christ of Latter-day Saints, Eric Hawkins, berkomentar tentang Jessen.

Jabatan uskup tersebut tidak ada bayarannya dan hanya bersifat paruh waktu, namun sangat terhormat dalam komunitas jemaat Mormon. “Pemimpin lokal bertemu Jessen dan menjelaskan bahwa sulit bagi dia menjadi pemimpin dalam posisi seperti itu,” kata Hawkins.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif