Entertainment
Rabu, 10 Desember 2014 - 02:40 WIB

WAYANG KULIT : Diuji, 7 Mahasiswa Pedalangan ISI Ikuti Arus Pasar

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pergelaran wayang kulit (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Tujuh mahasiswa Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Solo tampil mendalang di Pendapa Kampus ISI Kentingan, Solo, Selasa (9/12/2014). Pergelaran wayang kulit itu dilaksanakan sebawai ujian akhir bagi ketujuh mahasiswa tersebut.

Dosen Jurusan Pedalangan yang bertindak sebagai penguji, Jaka Rianto, menjelaskan kondisi pewayangan di Indonesia sekarang sudah jauh berbeda dengan seni pertunjukan tersebut pada masa lampau.

Advertisement

“Mereka [dalang] saat ini sudah mengikuti arus pasar. Hal itu membuat nilai-nilai wayang tak lagi diindahkan,” jelas dia saat dijumpai Solopos.com di kompleks Kampus ISI Solo, Selasa malam.

Wayang, imbuh Jaka, tak sekadar seni pertunjukan yang menghibur masyarakat. Dalam cerita yang disampaikan oleh dalang juga ada tujuan yang harus sampai kepada penonton.

Kendati wajib mengikuti selera pasar masa kini, jaka menegaskan pendidikan dalang di ISI melatih mahasiswa memainkan wayang kulit sesungguhnya. Itulah pasalnya, malam itu, hampir seluruh pendapa dipenuhi alat-alat pewayangan.

Advertisement

Puluhan wayang kulit pun berjejer di panggung yang berbahan pelepah pisang itu. Layar besar yang disebut kelir dan gapura kayu yang membentang layar atau gawang berdiri kokoh dengan lampu penerangan yang disebut blencong itu menunjukkan pementasan wayang tersebut benar-benar menentukan nilai dari tujuh mahasiswa Jurusan Pedalangan tersebut.

Wayang Sesungguhnya
Melatih mahasiswa memainkan wayang kulit sesungguhnya, menurut Jaka perlu dilakukan mengingat fenomena masa kini yang menempatkan wayang semakin tak sebagaimana mestinya. Semua orang, kini bisa mendalang dan diperbolehkan mendalang meskipun tanpa pengetahuan yang mendalam tentang pewayangan dan pedalangan.

“Hasilnya, cerita-cerita yang dibawakan tidak lagi mendalam. Untuk belajar mendalang butuh proses yang lama. Tidak sekadar asal saja, padahal dalam wayang kulit banyak pembelajaran moral dan etika yang sekarang sudah lepas dari pertunjukan wayang kulit,” kata dia.

Advertisement

Padahal, tegas Jaka, pewayangan merupakan tuntunan bagi kehidupan manusia. Apa yang disampaikan dalam wayang selalu menjadi tuntunan, dan memberi ruang bagi pembelajaran kehidupan secara menyeluruh. Jika seorang dalang salah dalam menyampaikan isi wayang, maka akan berakibat fatal.

“Untuk revitalisasi pertunjukan wayang kulit sebenarnya tidak menjadi perkara. Semua orang berhak membuat jalan ceritanya masing-masing. Namun, bagaimana nilai-nilai yang terkandung bisa tepat tidak semua orang mampu,” terang dia.

Sementara itu, salah satu mahasiswa semester I Jurusan Pedalangan, Adi Nugroho,17, mengaku pertunjukan wayang kulit tidak lagi sama dengan pertunjukan di masa lalu. “Banyak adegan yang ditambah-tambah dan dibuat-buat. Seperti adegan percintaan yang terlalu berlebihan,” imbuh dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif