Jogja
Kamis, 4 Desember 2014 - 05:10 WIB

Inikah Penyebab Kenaikan Harga Cabai?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, BANTUL- Produksi cabai petani Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang kini terbatas mengakibatkan harga komoditas tersebut naik.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Sahadi Suparjo, Selasa (2/12/2014).

Advertisement

“Itu [kenaikan harga] karena banyak tanaman cabai petani yang gagal panen atau memang sekarang ini tidak banyak yang menanam karena musim hujan, sehingga produksinya terbatas,” katanya saat dikonfirmasi penyebab lonjakan harga cabai di Bantul.

Menurut dia, berdasarkan pantauan petugas Disperindagkop Bantul di sejumlah pasar tradisional setempat harga cabai rawit merah saat ini mencapai Rp80.000 per kilogram, melonjak dibanding sebelumnya yang masih berkisar Rp60.000 per kilogram.

Sementara itu, untuk cabai keriting mengalami penurunan dari rata-rata Rp45.000 menjadi Rp40.000 per kilogram, cabai merah besar naik dari Rp50.000 menjadi Rp60.000 per kilogram, sedangkan cabai rawit hijau naik dari Rp40.000 menjadi Rp60.000 per kilogram.

Advertisement

Sahadi mengatakan, karena produksi cabai yang terbatas tersebut mengakibatkan pasokan ke pasar tradisional berkurang, sehingga pedagang besar terpaksa harus mendatangkan pasokan dari luar daerah untuk mencukupi kebutuhan pasar.

“Kalau Bantul pas panen cabai sebenarnya cukup dipasok dari petani Bantul saja, namun karena produksinya terbatas maka mendatangkan dari luar seperti di Jawa Tengah, itu pun [pasokan] dari luar daerah juga terbatas,” katanya.

Menurut dia, tingginya harga cabai bahkan kemungkinan terus mengalami kenaikan harga di pasar tradisional ini diperkirakan berlangsung selama beberapa bulan ke depan, atau hingga waktu panen komoditas tersebut sehingga produksinya normal.

Advertisement

Selain cabai, kata dia harga beras lokal di pasar tradisional saat ini juga tergolong tinggi yakni sebesar Rp9.000 per kilogram untuk kualitas IR 1, kemudian Rp8.800 per kilogram untuk kualitas IR 2.

“Ini karena saat ini belum memasuki panen padi, karena umumnya petani pasi saat ini baru mulai tanam, perkiraan kami ini sampai panen satu bulan ke depan, namun untuk beras pengaruhnya tidak terlalu signifikan,” kata Sahadi Suparjo.

Ia mengatakan, meskipun produksi pada komoditas tertentu terbatas, namun pihaknya akan berupaya menjamin pasokan ke pasar lancar, sehingga konsumen tidak mengalami kesulitan, bahkan pada pertengahan Desember ini pihaknya merencanakan inspeksi sidak (sidak).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif