Sport
Senin, 1 Desember 2014 - 13:50 WIB

SEPAK BOLA GAJAH PSS VS PSIS : Kuasa Hukum PSIS Sempurnakan Memori Banding

Redaksi Solopos.com  /  Jumali  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan berjabat tangan dengan Rumadi dan sejumlah manajemen serta pemain PSS saat digelar sidang Komdis PSSI di Kantor PSSI Jakarta, Selasa (28/10) (JIBI/Harian Jogja/LigaIndonesia)

 

Harianjogja.com, SEMARANG — PSIS Semarang sudah menyiapkan skenario banding atas sanksi yang diberikan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI terhadap 24 pemain mereka. Dikoordinir oleh PT Mahesa Jenar Semarang selaku pengelola PSIS, tim advokasi akan berusaha penuh menyelamatkan karier 24 pemain tersebut.

Advertisement

Saat ini tim advokasi itu sedang menyelesaikan memori banding. Menurut Khairul Anwar selaku ketua tim advokasi, pihaknya dibantu Sutrisno yang berlatar belakang dosen, Yakub Adi Krisanto (Ketua Komdis PSSI Jateng), R Agung Utoyo dan Lina Apriliani.

“Menindaklanjuti pernyataan banding pada 26 November, kami mempersiapkan memori banding untuk seluruh personel terhukum dalam satu payung. Saat ini tinggal tahap penyempurnaan, selambat-lambatnya, memori banding diserahkan ke Komdis PSSI pada Kamis (4/12/2014),” kata Yakub, seperti dilansir dari laman Liputan6.com, Senin (1/12/2014).

Kerja tim advokasi berpatokan pada tiga target. Masing-masing adalah pembebasan personel dari hukuman, keringanan hukuman, dan berupaya agar semua personel tidak terkena sanksi. Menurutnya, ada beberapa hal yang dapat meringankan beberapa pemain dan staff dari hukuman Komdis.

Advertisement

Sementara itu, Sutrisno menyebutkan keputusan Komdis mengandung beberapa celah hukum yang dapat diungkapkan. Pertama, Komdis menyamakan kesalahan.

Semua orang yang berada dalam daftar susunan pemain (DSP) dihukum. Padahal seperti kitman, tim medis dan pemain cadangan tidak ikut andil dalam skenario ‘sepak bola gajah’ di laga kontra PSS Sleman akhir Oktober lalu.

“Intinya, kami keberatan terhadap sanksi yang diberikan kepada PSIS. Hal ini belum mencerminkan rasa keadilan. Kami akan berusaha semaksimal mungkin memberi penjelasan untuk memahami fakta sebenarnya. Ini mematikan, bukan membina sepak bola,” tegas Sutrisno.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif