Jogja
Jumat, 28 November 2014 - 20:40 WIB

KISAH PENGELOLA GUA PINDUL : Sempat Dikira Orang Gila ... (Bagian 2/2)

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pramuji, Bagya, dan Suratmin (kiri ke kanan), tiga dari empat orang perintis Desa Wisata Bejiharjo. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pengelola Desa Wisata Bejiharjo, Kabupaten Gunungkidul baru saja
mendapatkan penghargaan dari Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) DIY karena mampu mengelola desa wisata secara beretika dan bekelanjutan. Desa wisata yang kini terkenal dengan objek Gua Pindul ini memang tengah naik daun. Tapi siapa sangka, diawal usaha, pengelola sempat dicap sebagai orang gila.

Bagya, Ketua Kelompok Sadar Wisata  Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo mengatakan dulu ia dan ketiga rekannya, Tukijo, Suratmin, dan Pramuji dicap sebagai orang gila oleh masyarakat sekitar. Betapa tidak, mereka membersihkan Gua Pindul setiap hari. Selama Juni hingga Agustus 2010,  keempat orang yang mendapat anggapan kurang waras itu secara tekun membersihkan Gua Pindul. Bagya dan tiga temannya yakin, gua tersebut bisa maju suatu saat nanti.

Advertisement

“Kami ke mana-mana membawa ban dan karung. Kami menyurusi Gua Pindul dan Sungai Oya. Saya berterima kasih sudah dianggap orang gila,” ujar dia.

Akhirnya, pada Oktober 2010, Gua Pindul pun dibuka untuk masyarakat. Awalnya, ia mengajak warga sekitar
menyusuri Gua Pindul setelah kerja bakti. Alat yang digunakan pun sederhana. Ada yang menggunakan ban, jeriken, bahkan pelepah pisang untuk pelampung. Ia berharap, warga yang merasakan menyusuri Gua Pindul, bisa bercerita kepada warga lain dengan kata lain dipromosikan.

Suratmin pun ikut buka suara. Perjalanan mengembangkan Gua Pindul tak mulus. Warga sempat  berunjuk rasa karena merasa situasi tidak adil.  Pasalnya, Bagya dan kawan-kawan saat itu merekrut warga dari kelas ekonomi paling bawah. Selain itu, ada pula aksi pelarangan masuk Gua Pindul lewat jalur di salah satu RT.

Advertisement

“Tapi, kami bisa lewat jalan lain. Saat ini sepertinya sudah boleh lewat,” ungkap dia.

Suratmin pun sudah kebal digunjingkan. Misalnya, ia disarankan untuk membawa bantal dan guling untuk tidur di depan mulut gua. Alasannya, agar tidak perlu repot jauh-jauh kalau ingin mengantar tamu.

Usaha mengembangkan Gua Pindul mereka rintis mulai dari tidak memiliki baju pelampung. Kemudian meminjam ke pengelola Kalisuci di Semanu sebanyak empat buah. Lama-lama, mereka pun membuat pelampung sendiri meskipun bentuknya sederhana.

Advertisement

“Lalu, kai beli satu pelampung yang bagus satu, kemudian dibuka dan meminta penjahit di Bejiharjo untuk membuat pelampung,”ungkap dia.

Kerja keras mereka tak sia-sia. Saat ini, peminat wisata di Gua Pindul mencapai ribuan orang. Awalnya hanya satu pengelola yakni Dewa Bejo, kini menjadi sembilan pengelola. Persaingan yang ada pun diharapkan bisa menjadi persaingan sehat.

“Jika ada masalah, kami selalu mencari jalan keluar bersama,”  ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif