Sport
Rabu, 26 November 2014 - 03:25 WIB

KIPRAH VITA SOLO : Wadah Pembibitan Pebola Voli Andalan

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Atlet bola voli klub Vita Solo sedang berlatih di kompleks GOR Manahan. JIBI/Solopos/Sunaryo HB

Solopos.com, SOLO — Hujan deras yang mengguyur tak membuat semangat para pemain voli Vita Solo hilang. Para pebola voli perempuan itu terus berlatih di GOR Manahan, Solo, Kamis (13/11) lalu.

Meski belum genap satu pekan pulang ke Kota Bengawan setelah mengarungi Kejurnas Bola Voli Antarklub PGN Livoli 2014 Divisi Satu, stamina Rika Yuniar Tita Hapsari dkk. langsung digembleng kembali.

Advertisement

Tidak ada keluhan, tidak ada yang merasa kecapaian. Semua pemain, mulai dari junior hingga senior tampak begitu menikmati sesi latihan. Mereka bergembira karena baru saja berhasil membawa pulang kado yang telah dinantikan selama tiga tahun lamanya.

Ya, musim ini, klub bola voli kebanggan Kota Bengawan itu sukses meraih tiket ke Divisi Utama setelah menempati posisi runner up Kejurnas Bola Voli Antarklub PGN Livoli 2014 di Banyuwangi, awal November lalu. “Senang sekali, perjuangan kami selama tiga musim akhirnya membuahkan hasil. Saya akan terus membela tim ini saat tampil di Divisi Utama nanti,” kata Kapten Tim Vita Solo, Rika Yuniar Tita Hapsari, saat berbincang dengan Espos, Selasa (25/11).

Advertisement

Ya, musim ini, klub bola voli kebanggan Kota Bengawan itu sukses meraih tiket ke Divisi Utama setelah menempati posisi runner up Kejurnas Bola Voli Antarklub PGN Livoli 2014 di Banyuwangi, awal November lalu. “Senang sekali, perjuangan kami selama tiga musim akhirnya membuahkan hasil. Saya akan terus membela tim ini saat tampil di Divisi Utama nanti,” kata Kapten Tim Vita Solo, Rika Yuniar Tita Hapsari, saat berbincang dengan Espos, Selasa (25/11).

Bagi Rika, Vita Solo memang bukan sekadar tim tempat berlatih bola voli bersama, melainkan sebuah keluarga. Di klub yang berdiri sejak era 1950an itulah, dia mulai mengenal dan belajar bermain voli hingga mendapatkan kesempatan bergabung dengan beberapa klub peserta Proliga.

“Rasanya lain, kalau di Proliga kan klub profesional, pemainnya silih berganti setiap tahun. Kalau Vita kan klub amatir, nuansanya lebih kekeluargaan karena kami berlatih bersama-sama sejak kecil.  Saya sendiri sudah hampir delapan tahun di Vita,” ujar tosser berusia 22 tahun itu.

Advertisement

“Kalau bermain di Porprov ada intensif [uang saku] dari KONI. Tapi, kalau kejuaraan seperti Livoli kemarin ya hadiahnya kami bagi rata. Meski tidak sebesar gaji Proliga tapi sudah sangat lumayan,” beber Rika.

Kendati tak dibayar secara profesional, loyalitas Rika cs. untuk membela tim asuhan Agus Suyanto itu tak bisa dipandang sebelah mata. Seluruh pemain tim senior rutin berlatih di GOR Manahan, empat kali dalam satu pekan.

Sementara itu, tim junior digembleng setiap hari di Lapangan Penumping Solo.
Open Spiker Vita Solo, Deni Saputri, juga mengaku bakal terus membela tim yang diikutinya sejak duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah atas (SMA) itu. Meski telah mendapatkan tawaran dari sebuah tim Proliga, Deni menegaskan tak ingin meninggalkan Vita di kompetisi Divisi Utama musim depan.

Advertisement

“Saya tetap akan membela Vita karena tim ini yang membesarkan nama saya. Membuat saya menjadi seperti ini, menjadi pemain yang lebih baik,” imbuh pemain yang pernah memperkuat tim Jakarta Bank DKI dan Jakarta BNI 46 itu.

Sementara itu, Pelatih Vita Solo, Agus Suyanto, menuturkan anak-anak didiknya memang tidak mendapatkan uang pembinaan selama memperkuat pasukannya. Namun, hadiah dari setiap kompetisi selalu dibagikan kepada seluruh pemain sebagai pelecut semangat.

“Setiap tahunnya, kami mendapatkan suntikan dana dari KONI Solo dan Pemkot. Kalau ada kurangnya, pelatih dan pengurus iuran untuk menutup kebutuhan tim, ya untuk pengadaan bola, sewa GOR, seragam atlet dan sebagainya,” jelas Agus. (Tri Indriawati/JIBI/Solopos)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif