“Lebih baik mencegah daripada mengobati,” katanya, di Purwokerto, seperti dikutip Antara, Selasa (25/11/2014).
Ia mengakui bahwa pola tanam di Kabupaten Banyumas tidak berlangsung serentak karena datangnya musim hujan sempat mundur serta tidak merata sehingga ada beberapa wilayah yang lebih dulu memasuki masa tanam dan ada yang baru mulai tanam.
Oleh karena itu, dia mengimbau petani mewaspadai serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat muncul dan berkembang saat musim hujan.
“Petani diharapkan melakukan pengawasan secara teratur. Apabila ada OPT yang dirasa sudah menyerang cukup banyak, segera laporkan ke mantri tani atau petugas penyuluh pertanian lapangan,” katanya.
Menurut dia, OPT yang mulai bermunculan dan dikhawatirkan akan merusak tanaman padi berupa tikus.
“Mudah-mudahan wereng cokelat tidak muncul seperti masa-masa tanam sebelumnya,” kata Tjutjun menambahkan.
Selain serangan OPT, kata dia, petani juga harus mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir karena hujan lebat sudah sering mengguyur wilayah Banyumas.
Disinggung mengenai ketersediaan pupuk, dia mengatakan bahwa hingga saat ini persediaan pupuk bersubsidi di Kabupaten Banyumas masih mencukupi kebutuhan petani karena penyalurannya sesuai dengan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
Dia mengakui bahwa pada masa tanam sebelumnya, petani sempat kesulitan memperoleh pasokan pupuk.