Jogja
Selasa, 25 November 2014 - 12:20 WIB

Kualitas Guru PAUD Rendah, Ini Dampaknya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi guru (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Kapasitas sumber daya manusia (SDM) Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Girimulyo dinilai rendah. Akibatnya sebagian besar anak tidak mengalami perubahan berarti setelah mengikuti PAUD.

Ketua Pusat Kegiatan Gugus (PKG) PAUD Girimulyo Bandi mengungkapkan minimnya kemampuan SDM bukan disebabkan jumlah tenaga pengajar yang kurang, melainkan tingkat pendidikan pendidik belum memenuhi persyaratan.

Advertisement

“Seharusnya S1 PAUD, namun kenyataannya masih banyak yang lulusan SMA, bahkan SMP,” ujarnya di sela-sela kegiatan workshop bagi guru TK dan PAUD di UPTD Dikdas Girimulyo, Senin (24/11/2014).

Diuraikannya, Girimulyo memiliki 19 TK dan 55 PAUD dengan jumlah guru TK 36 orang dan pendidik PAUD sekitar 165 orang. Dari jumlah tersebut, sebutnya, hanya 10% yang sudah memenuhi persyaratan pendidikan standar atau mengenyam pendidikan S1.

Ia menuturkan, dampak dari minimnya kapasitas SDM adalah pengajaran tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku anak. Menurutnya, masih banyak orangtua yang mengeluhkan anak-anak yang ikut PAUD belum menunjukkan perubahan, misal dari segi kemandirian.

Advertisement

Ketua Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Girimulyo Kristi Yuliani mengatakan pendidik masih bergantung pada alat ajar, padahal ketersediaan alat ajar yang diperbantukan dari pemerintah juga terbatas.

“Hanya sekitar lima lembaga yang mendapat bantuan setiap tahun sehingga kami harus menggilir bantuan,” terangnya. Tidak hanya itu, pendidik juga masih kesulitan dalam mempersiapkan bahan ajar karena keterbatasan waktu.

Dijabarkannya, untuk mempersiapkan bahan ajar pendidik harus memiliki waktu beberapa jam sebelum pembelajaran dimulai. Tujuannya memastikan jenis permainan yang akan diberikan kepada anak.

Advertisement

“Itu ada hitung-hitungan idealnya, misal sepuluh anak harus disiapkan enam jenis permainan di areal yang sama,” jelas Kristi.

Sejauh ini, usaha dari Himpaudi dan Dinas Pendidikan untuk mengoptimalkan kapasitas SDM pendidik PAUD melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), akan tetapi hasilnya pun bergantung pada masing-masing SDM.

“Kalau memang pendidik memiliki niat yang baik ia akan meningkat kapasitasnya dalam mengajar,” imbuh dia.

Untuk praktik kegiatan belajar mengajar, kata Kristi, pendidik diarahkan untuk memanfaatkan bahan ajar dari alam sehingga tidak selalu bergantung pada bantuan dari pemerintah. Sementara dalam pengembangan metode belajar, pendidik diarahkan untuk memakai dolanan dan tembang anak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif