News
Selasa, 25 November 2014 - 14:15 WIB

HARI GURU : Tahukah Anda Sosok Guru di Sampul Belakang Buku Iqro?

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Buku Iqro biasanya digunakan umat muslim untuk belajar membaca huruf-huruf Arab sebagai bekal mengaji Alquran. Buku yang umum dipakai adalah yang sampul belakangnya bergambar seorang bapak-bapak berkacamata.

Meski buku ini cukup populer di kalangan santri dan anak-anak, tak banyak yang tahu siapa bapak-bapak yang ada di sampul belakang buku itu. Maklum saja, foto sosok laki-laki itu tidak dilengkapi identitas diri dalam buku.

Advertisement

Adalah Kiai Haji As’ad bin Humam sosok yang berada di balik penyusunan buku Iqro itu. Tokoh yang telah wafat pada 2 Februari 1996 itu adalah pelopor salah satu metode cepat belajar membaca Al Quran (qiraah) yang populer sebagai metode Iqro.

Menurut catatan ensiklopedia bebas Wikipedia, As’ad anak dari ulama Jogja, Humam Siraj. Masa mudanya dijalani di Kotagede, Yogyakarta. Menginjak remaja As’ad mengalami gangguan fisik berupa pengapuran dini di bagian tulang belakang sehingga selanjutnya ia tidak mampu bergerak secara wajar.

As’ad hanya lulusan kelas II Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta atau setingkat SMP.

Advertisement

Profesi aslinya adalah pedagang barang-barang imitasi di pasar Beringharjo, Malioboro Yogyakarta. Profesi ini justru memperkenalkannya dengan seorang ulama bernama Kiai Dachlan Salim Zarkasyi. Berawal dari pertemuan ini, As’ad Humam mengenal metode Qiroati.

Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al Quran. As’ad bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada Dachlan Zarkasyi.

Ide ini bukan tanpa pertentangan. Kiai Dachlan beberapa kali menolak metode ini sampai akhirnya disempurnakan. Pada akhirnya metode ini dirangkum dalam enam jilid kitab berukuran saku yang mudah dibawa ke mana-mana.

Advertisement

Metode juga dilengkapi dengan dialog interaktif di mana siswa belajar dan mengevaluasi sendiri, dengan pengajar menunjukkan pengucapan yang benar. Demikian populernya metode ini, sehingga dipergunakan hingga ke Malaysia.

Kiai As’ad meninggal dalam usia 63 tahun pada bulan Ramadan hari Jumat (2/2/1996) sekitar Pukul 11.30 WIB. Jenazahnya disalatkan di Masjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia mengabdi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif