Soloraya
Senin, 24 November 2014 - 20:45 WIB

KENAIKAN HARGA BBM : PO di Klaten Kandangkan Setengah Jumlah Bus

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bus Solo-Jogja tengah menurunkan penumpang di sub terminal Penggung, Klaten, Sabtu (11/5/2013). (JIBI/SOLOPOS/Shoqib Angriawan)

Solopos.com, KLATEN — Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang ditetapkan pemerintah pusat membuat para pemilik perusahaan otobis (PO) merugi. Mereka lalu berupaya melakukan penghematan salah satunya mengoperasionalkan hanya setengah dari jumlah total busnya untuk menghemat pengeluaran.

Seperti yang dilakukan Sunarto, pemilik Perusahaan Otobis (PO) Jaya Putra. Ia yang memiliki delapan unit bus reguler jurusan Solo-Jogja hanya berani mengoperasionalkan separuhnya atau empat unit bus. Menurutnya, setelah naiknya harga BBM, ia merugi sekitar 40 persen jika semua armadanya beroperasional.

Advertisement

“Saya sudah menghitung biaya operasionalnya. Kalau delapan unit bus yang saya miliki beroperasional, maka kerugiannya sekitar 40 persen dari setoran pendapatan sebelum kenaikan harga BBM. Jadi, sesuai kesepakatan dengan kru bus, saya hanya mengoperasionalkan empat unit bus dan mengganti jadwal trayek,” katanya saat dihubungi Espos, Senin (24/11/2014).

Setelah itu, pihaknya akan melakukan evaluasi kembali untuk mengetahui biaya operasionalnya apakah masih merugi atau tidak. Selain itu, ia juga harus mengantisipasi kenaikan harga suku cadang yang ikut terkerek dengan naiknya harga BBM.

“Selain untuk pembelian BBM, saya juga harus memikirkan kebutuhan pembelian suku cadang jika sewaktu-waktu bus memerlukan perbaikan. Salah satunya roda bus yang saat ini harganya sudah mulai naik. Untuk itu, kami harus melakukan beberapa penghematan,” ujarnya.

Advertisement

Di sisi lain, ia sulit menaikkan tarif terutama untuk penumpang yang sudah berlangganan karena belum ada instruksi resmi dari pemerintah. Sementara ini, ia menerapkan tarif yang sama untuk penumpang yang sudah berlangganan dan menerapkan tarif baru dengan kenaikan 15 persen sampai 25 persen untuk penumpang yang baru.

Hal serupa juga diutarakan Agus Supriyanto, pemilik PO Sonaji jurusan Klaten-Jakarta. Dari total 16 unit bus yang ia miliki, saat ini ia hanya mengoperasionalkan sebanyak enam unit. Upaya itu untuk menghemat pengeluaran agar ia tidak merugi. “Sementara ini, saya hanya mengoperasionalkan enam unit dari total 16 unit bus yang saya miliki. Ini sebagai upaya penghematan,” tuturnya, Senin.

Terkait kenaikan tarif angkutan umum, Agus yang juga Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Klaten itu menyatakan pemerintah pusat sudah menerapkan kenaikan tarif sebesar 10 persen untuk bus antarkota antarprovisni (AKAP) kelas ekonomi. Sedangkan kenaikan tarif untuk bus antarkota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan umum akan dirapatkan pekan ini.

Advertisement

“Pekan ini, kami bersama Dinas Perhubungan dan Pak Bupati akan membicarakan rencana kenaikan tarif angkutan umum di Klaten. Sedangkan usulan kenaikan tarif bus AKDP akan dibicarakan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Di dalam rapat itu, kami mengusulkan kenaikan tarif minimal 20 persen. Sedangkan untuk tarif AKAP kami juga mengusulkan naik 10 persen lagi,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif