News
Minggu, 23 November 2014 - 19:10 WIB

MORATORIUM KURIKULUM 2013 : Wacana Penghapusan Kurikulum 2013 Ditentang

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kegiatan belajar di salah satu SD di Solo. (Dok./JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Wacana penghentian total atau moratorium Kurikulum 2013 mulai bergulir dan menimbulkan perdebatan. Ketidaksiapan pendidik dan siswa hingga kendala distribusi materi ajar menjadi penyebab bergulirnya wacana tersebut.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Harun Joko Prayitno, menilai Kurikulum 2013 baik, tetapi panjang dan melelahkan. Selain itu Kurikulum 2013 minim persiapan dan sosialisasi sehingga membuat kalangan pendidik tidak siap dalam implementasi.

Advertisement

Akan tetapi, ia tidak tidak setuju jika pelaksanaan kurikulum itu dihentikan total. Ia menyarankan evaluasi besar-besaran mulai dari jumlah rombongan belajar, hingga tata cara penilaian.

“Penilaian dengan metode saintifik tidak cocok diterapkan dengan jumlah siswa yang besar. Karena itu jika Kurikulum 2013 membatasi per kelas hanya 15 hingga 20 siswa, saya yakin metode itu dapat berjalan ideal. Pada kenyataannya jika jumlah siswa per kelas dibatasi, perlu susulan kebijakan juga,” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (21/11/2014).

Penyempurnaan pelaksanaan penilaian dengan pembatasan jumlah siswa, menurut dia, menjadikan guru lebih mudah memberikan nilai secara personal. Selain itu, konsekuensi pembatasan jumlah siswa adalah penambahan jumlah guru hingga ruang kelas baru.

Advertisement

Penghentian total, lanjut Harun, juga bukan solusi lantaran payung hukum implementasi Kurikulum 2013 telah resmi diteken. “Kalau dihentikan tiba-tiba saya tidak setuju karena beresiko membingungkan masyarakat. Tapi harus ada evaluasi di berbagai komponen jika ingin terus dilanjutkan,” tandas Harun.

Terpisah, Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Furqon Hidayatullah, mengatakan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kendati menemui banyak kendala pada saat implementasi dilakukan, ia tidak setuju pelaksanaan kurikulum itu dihentikan total.

“Jangan dihentikan atau sampai dihapus total. Kalau benar-benar [Kurikulum 2013] ditinggalkan dampaknya kepada pendidik, siswa, hingga masyarakat tidak bagus. Evaluasi saja tentu tidak masalah. Dicari mana yang kurang, lalu diperbaiki dan disempurnakan,” tuturnya, Jumat lalu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif