Umum
Rabu, 19 November 2014 - 15:02 WIB

AHOK GUBERNUR DKI : Inilah Henk Ngantung, Gubernur DKI dari Nonmuslim Sebelum Ahok

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Henk Ngantung (Istimewa/Wikipedia)

Solopos.com, JAKARTA — Pelantikan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Jokowi, Rabu (19/11/2014), menorehkan sejumlah catatan. Mulai dari kontroversi pengangkatan Ahok yang diperdebatkan lawan-lawan politiknya, hingga soal etnis dan agama yang dikampanyekan ormas-ormas tertentu.

Saat memulai acara pembacaan janji, Jokowi bertanya apakah Ahok bersedia bersumpah sesuai dengan agama Kristen Protestan. Ahok pun menjawab, “bersedia.”

Advertisement

Pembacaan sumpah janji berlangsung singkat dan lancar, dan ini menjadi penanda formal bahwa DKI Jakarta dipimpin Gubernur yang beragama Kristen Protestan. Namun, sebetulnya ini bukan kali pertama DKI Jakarta punya gubernur nonmuslim.

Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, DKI Jakarta juga pernah dipimpin gubernur nonmuslim, yakni Henk Ngantung yang beragama Katolik. Henk Ngantung yang bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung lahir di Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921. Ia meninggal di Jakarta, 12 Desember 1991 pada umur 70 tahun.

Sebelum menjabat gubernur Henk dikenal sebagai seorang seniman. Ia seorang pelukis yang aktif bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani mendirikan Gelanggang. Henk Ngantung juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958.

Advertisement

Hampir mirip dengan Ahok, sebelum jadi gubernur, Henk sempat menjadi Wakil Gubernur DKI. Tepatnya, seperti tertulis di Wikipedia, Henk ditunjuk Presiden Soekarno untuk menjadi deputi gubernur di bawah Soemarno.

Banyak kalangan memprotes pengangkatan Henk Ngantung saat itu. Tapi Soekarno punya maksud lain. Ia ingin agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Henk dinilai Bung Karno memiliki bakat artistik. Dia juga yang membuat sketsa Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang pria dan wanita sedang melambaikan tangan. Tugu itu berada di bundaran Hotel Indonesia.

Kontroversi menggerogoti Henk Ngantung saat ia menjadi Gubernur DKI. Dikutip Wikipedia, Henk dituding terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mulai dilarang saat Orde Baru berkuasa. Cap itu masih melekat hingga akhir hayatnya pada Desember 1991.

Advertisement

Henk Ngantung hingga akhir hayatnya tinggal di rumah kecil di gang sempit Cawang, Jakarta Timur. Menjelang ajal tiba, Henk nyaris buta karena serangan penyakit glukoma. Kemiskinan akhirnya menemaninya di ujung usia.

Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha Ciputra memberanikan diri mensponsori pameran pertama dan terakhir Henk Ngantung.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif