Jogja
Selasa, 18 November 2014 - 12:19 WIB

Festival Ketoprak Yogyakarta Digelar di TBY

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketoprak kolosal menutup Festival kesenian Yogyakarta (FKY) di Gunungkidul. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA—Sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional, posisi ketoprak kini berada di bawah ancaman seni-seni kontemporer yang lahir dari derasnya arus modernisasi.

Sebagai upaya menjaga eksistensinya, Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar Festival Ketoprak Yogyakarta 2014. Festival yang akan melibat grup-grup ketoprak dari tiap kabupaten/kota di DIY itu akan digelar 18-19 November 2014 di Concert Hall TBY.

Advertisement

Ketua Panitia Festival, Wasdiyanta menuturkan, festival digelar atas dasar spirit untuk melestarikan ketoprak sebagai salah satu pusaka budaya asli Mataram.

Meski masih tetap eksis hingga saat ini, bukan tidak mungkin jika tidak dilakukan upaya pemasyarakatan seni pertunjukan ini, suatu saat generasi muda tak lagi akan mengenalnya.

Selain itu, festival tersebut diharapkannya juga bisa menjadi ruang untuk aktualisasi diri bagi para seniman ketoprak yang tersebar di seluruh DIY. Dengan begitu, panitia bisa mengukur sejauh mana tingkat pengembangan dan kreativitas seniman di masing-masing daerah.

Advertisement

“Selain juga untuk menampilkan hiburan yang membumi,” ucapnya kepada wartawan, Senin (17/11/2014) siang.

Melalui festival itu, TBY berencana memetakan kembali hubungan antara seni ketoprak dan masyarakat. Selama ini, ketoprak dan masyarakat pendukungnya tak bisa dipisahkan, terutama dalam konteks membangun pranata sosial di sekitarnya.

Itulah sebabnya, panitia festival berharap setiap peserta bisa menghadirkan ruh ketoprak sebagai ciri ketoprak konvensional, seperti penggunaan keprak, tembang, solah bawa atau unggah-ungguh, serta karawitan Jawa.

Advertisement

“Tentu saja, agar ketoprak bisa diterima semua kalangan, termasuk generasi muda, pentas ketoprak harus ditampilkan dalam bentuk kekinian yang kontekstual, tapi tanpa harus menghilangkan roh-roh tersebut,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif