Jogja
Senin, 17 November 2014 - 13:20 WIB

MUSIM HUJAN : Warga Kulonprogo Diimbau Waspadai DBD dan Leptospirosis

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kepulan asap. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Memasuki musim penghujan, kondisi cuaca dapat memengaruhi kesehatan. Dinas Kesehatan Kulonprogo mengimbau kepada warga agar lebih waspada terhadap serangan berbagai penyakit, terutama Demam Berdarah Dengue (DBD) dan penyakit leptospirosis.

Hal itu disampaikan Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kulonprogo Slamet Riyanto, kepada wartawan, Minggu (16/11/2014). Dia menyampaikan, penyakit tersebut rentan terjadi mengingat hujan yang turun akan memunculkan banyak genangan air.

Advertisement

“Genangan air akan muncul di mana-mana. Hal itu akan menjadi sarang nyamuk Aides Agepty. Selain itu, genangan yang terjadi di kawasan pertanian, dapat menyembabkan berkembangnya bakteri leptospira yang menyebabkan penyakit leptospirosis,” papar Slamet.

Slamet memaparkan, setidaknya kasus DBD masih cukup tinggi. Kasus penyakit tersebut hingga Oktober 2014 tercatat mencapai 112 kasus, dua orang di antaranya meninggal dunia.

Sementara, kasus warga yang terkena leptospirosis pada tahun ini mencapai 35 kasus dan enam orang di antaranya meninggal dunia.

Advertisement

“Bila dibandingkan tahun sebelumnya, untuk DBD ada 144 kasus, dan leptospirosis mencapai 42 kasus dengan tujuh orang meninggal,” jelas Slamet.

Lebih lanjut dia memaparkan, beberapa kecamatan masih tergolong sebagai daerah endemis demam berdarah. Setidaknya ada enam kecamatan yang termasuk kategori endemis penyakit tersebut. Di antaranya, Wates, Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang.

Slamet menambahkan, upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di musim penghujan ini perlu dilakukan secara berkala. Selain itu, diharapkan peran serta dari masyarakat juga sangat diperlukan. Upaya sederhana yang dapat dilakukan, yakni dengan meminimalisasi genangan air yang terjadi setelah hujan turun.

Advertisement

“Saat ini, angka bebas jentik [ABJ] Kulonprogo masih belum mencapai angka ideal. ABJ baru mencapai 80 persen, sementara idealnya 90 persen,” ungkap Slamet.

Slamet juga menegaskan, kondisi geografis Kulonprogo yang hampir sebagian besar merupakan areal persawahan juga perlu diperhatikan. Pasalnya, penyebaran leptospirosis juga dapat meluas ketika hujan turun.

Apalagi jika terjadi hujan deras yang dapat memicu terjadinya banjir. Banjir akan membawa air yang telah terkontaminasi kotoran hewan pengerat, seperti tikus. Kotoran seperti urine tikus akan menimbulkan bakteri leptospira.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif