Jateng
Senin, 17 November 2014 - 17:50 WIB

KONSERVASI WARISAN BUDAYA : 7 Peneliti Jerman Pelajari Pelapukan Relief Candi Borobudur

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi - Candi Borobudur (JIBI/Solopos/dok)

Ilustrasi - Candi Borobudur (JIBI/Solopos/dok)

Kanalsemarang.com, MAGELANG – Tim konservator dari Jerman dipimpin Profesor Hans Leisen meneliti pelapukan batu relief Candi Borobudur guna membantu pelestarian candi Buddha terbesar di dunia tersebut.

Advertisement

Hans Leisen mengatakan sebanyak tujuh peneliti dengan latar belakang berbagai disiplin ilmu terlibat dalam penelitian itu, antara lain ahli geologi, kimia, pemugar dan mikrobiologi.

Hans Leisen sudah banyak berpengalaman dalam konservasi, dia telah melakukan konservasi di Angkor Wat Kamboja lebih dari 20 tahun. Dia datang pertama di Borobudur pada 2012 berkaitan dengan konservasi Candi Borobudur pascaerupsi Merapi 2010.

“Kami datang pertama di Candi Borobudur pada Januari 2012, saat itu berhubungan dengan konservasi setelah erupsi Merapi 2010, namun saat ini lebih fokus pada pelestarian relief yang ada di Candi Borobudur,” katanya seperti dikutip Antara, Senin (17/11/2014).

Advertisement

Ia menjelaskan tim Jerman bersama Balai Konservasi Borobudur, antara lain ingin mencari tahu apa yang menyebabkan relief candi menjadi lapuk dan gambar atau pahatan menjadi hilang.

Dalam penelitian batu relief tersebut, pihaknya mengambil satu sempel tempat di mana mereka bisa melakukan pengamatan sepanjang tahun hingga sekarang.

Menurut dia, beberapa permasalahan relief Candi Borobudur yang bisa dilihat, yakni pengelupasan dan banyak lubang atau postun.

Advertisement

“Kami coba untuk mengetahui penyebabnya apa. Kami akan mulai dengan mengindikasikan permasalahan yang ada di Candi Borobudur, terutama untuk permasalahan reliefnya, kemudian membuat sebuah sistem untuk melakukan identifikasi permasalahan tersebut,” katanya.

Ia mengatakan relief merupakan permasalahan konservasi utama di Candi Borobudur, terutama tentang adanya postun, kerak, dan penggaraman pada relief, dan juga muncul lapisan kuning.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo mengatakan Candi Borobudur berada di tempat terbuka dan banyak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor eksternal yang paling berpengaruh, antara lain kondisi lingkungan, air hujan, perubahan suhu dan iklim.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif