Jogja
Senin, 17 November 2014 - 12:07 WIB

KERAWANAN SOSIAL DI SLEMAN : Jadi Penghuni Indekos? Simak Keluhan Warga Ini

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi indekos (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, SLEMAN—Partisipasi dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar oleh pendatang, khususnya kalangan mahasiswa dinilai sangat kurang. Padahal, jumlah pendatang di suatu wilayah, bisa jadi justru lebih banyak dari jumlah penduduk setempat.

“Sangat kecil [partisipasinya], tidak sampai 10 persen. Prinsip mereka mungkin bayar tempat tinggal sampai lulus, lalu pergi,” kata Kepala Dusun Samirono, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, M.Dimyati, 49, Minggu (16/11/2014).

Advertisement

Dimyati mengakui, banyak warga yang mengeluhkan sikap dan kelakuan anak-anak indekos. “Misalnya suara knalpot motor blombongan dan kebiasaan mereka yang begadang sampai malam dan menimbulkan suara-suara yang mengganggu waktu istirahat warga. Belum lagi kalau induk semangnya tidak tinggal di tempat yang sama,” paparnya.

Menurut Dimyati, sekitar 70% hingga 80% dari kepala keluarga di Samirono memiliki usaha sewa kamar indekos. Jika jumlah penduduk domisili Samirono sekitar 2.800 jiwa, Dimyati mengatakan, jumlah pendatang yang tinggal di kamar indekos ada lebih dari itu.

“Kami sudah sering mengajak, tapi tetap tidak bisa gabung dengan warga. Ada jalan rusak, warga yang memperbaiki. Mereka cuek saja, padahal juga memakai fasilitas itu,” ujarnya.

Advertisement

Dimyati berharap, ada aturan khusus yang mendorong atau bahkan mewajibkan warga pendatang berkontribusi bagi lingkungan sekitar. “Misalnya, sebulan [iuran] Rp1.000. Setidaknya mereka juga memakai fasilitas umum, mosok tidak ada kontribusi apapun,” kata Dimyati.

Sebelumnya, Camat Depok, Budiharjo mengatakan, pihaknya memaklumi adanya interaksi yang kurang antara penduduk domisili dengan para pendatang. “Kami senantiasa memberdayakan pemerintah desa, kepala dusun, RW, hingga RT. Apabila ada kegiatan, warga pendatang bisa diikutsertakan,” kata Budi.

Budi menambahkan, ada belasan asrama dan asosiasi mahasiswa daerah di Depok. Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Papua, Riau, Bekasi, Purwodadi, Aceh, Kupang, Maluku, Kalimantan Timur, bahkan hingga Timor Leste. “Asrama-asrama tersebut menjalin komunikasi dengan tokoh masyarakat setempat,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif