Soloraya
Minggu, 16 November 2014 - 09:00 WIB

PEMBUNUHAN BOYOLALI : Cucu Bunuh Nenek, Pengacara: Tersangka Diduga Alami Gangguan Jiwa

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kanit Reskrim Polsek Wonosegoro, Aiptu Sutriyono(kanan), menunjukkan tersangka pembunuhan, Riswanto, 24,(kiri) , di Polsek Wonosegoro, Boyolali, Minggu (9/11/2014). (Irsyam Faiz/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI–Pengacara tersangka pembunuhan nenek Ngatiyem, 70, warga Dusun Seling RT 002/RW 001 Desa Karangjati, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, Thontowi Jauhari, mencurigai kliennya tersebut, Riswanto, 24, mengalami gangguan jiwa.

Hal tersebut disampaikan Thantowi saat dijumpai Solopos.com di sela-sela proses autopsi jenazah nenek Ngatiyem, Sabtu (15/11/2014) pagi.

Advertisement

Menurut Thontowi, kecurigaan mucul karena sejak kecil tersangka tidak mendapat kasih sayang orang tua kandung sehingga mudah mengalami depresi.

“Sejak kecil tersangka tidak diasuh tuanya kandung, bahkan nama ibunnya sendiri tidak tahu. Dan saat ditanya mengenai wajah orang tuanya, Riswanto juga tidak tahu. Jadi saya rasa dia jauh dari kasih sayang orang tua. Saya curiga bahwa tersangka menderita kelaian jiwa,” kata Thontowi.

Thintowi mengatakan kondisi kelainan jiwa hanya sebagai dugaan pihaknya saja kepada Riswanto. Menurut dia, untuk memastikan kondisi psikologis tersangkan pihak penyidik perlu juga melalukan pemeriksaan kejiwaan dengan membawa Riswanto ke rumah sakit jiwa atau psikiater.

Advertisement

“Bisa dibawa ke rumah sakit jiwa di Solo. Saya ada sebuah kecurigaan. Saya rasa tersangkan perlu di bawa ke rumah jiwa. Kalau pengakuan tersangka, saya sudah ketemu di Polres Boyali dan membaca di BAP. Kalau ditanya sehat, pasti tersangka jawab sehat. Guna mengetahui konsidi tersangka pasti kan perlu ada psikiater atau ahli jiwa yang memeriksa,” ujar Thontowi.

Lepas Tuntutan Hukum

Thontowi menjelaskan apabila Riswanto terbukti sakit jiwa, maka lepas dari tuntutan hukum. “Istilahnya ada alasan menghapus tuntutan pidana kalau memang benar dia menderita kelainan jiwa. Tapi yang bisa dan mengetahui benar tidaknya kan ahli kejiawaan,” imbuh dia.

Advertisement

Sementara itu, salah cucu Ngatiyem, Anis Wahtun Wakidah, 19, mengatakan pihak keluarga masih terpukul atas kejadian pembuhunan yang terjadi pada pekan lalu, Jumat (7/11).

Anis mengaku masih tidak menyangka neneknya tersebut meninggal justru ditangan salah satu anggota keluarganya sendiri. Pihak lekuarga, lanjut Anis, berharap pelaku bisa dihukum dengan sebebar-beratnya.

“Setelah saya ajak, si mbah [Ngatiyem] pernah tinggal selama tiga bulan di rumah saya dan mae [Sutinem, 48, anak Ngatiyem] di Weleri, Kendal sebelum Lebaran. Coba kalau tidak pulang ke sini [Wonosegoro] pasti tidak terjadi [pembunuhan]. Di Wonosegoro si mbah tinggal sama Riswanto. Ternyata kejadian [dibunuh]. Saya sendiri minta ada hukuman berat kepada pembunuh,” kata Anis.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif