Jogja
Sabtu, 15 November 2014 - 23:45 WIB

Kepala Dusun Ini Mengelola Sampah Warganya agar Menghasilkan Uang

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Dusun Salakan, Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Jumali memilah sampah ekonomis dari warganya di bank sampah, Kamis (13/11/2014). (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Populasi penduduk yang terus bertambah menjadi satu ancaman meningkatnya volume sampah rumah tangga. Diperlukan kesiapan khusus masyarakat untuk sadar sampah seperti di Dusun Salakan, Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harianjogja.com, Endro Guntoro.

Ditemui Harianjogja.com di lokasi rumah sampah, yang berada di tengah dusun, kedua tangan Jumali tampak kotor, Kamis (13/11/2014). Bergegaslah dia meninggalkan kesibukannya memilah sampah dengan mencuci kedua telapak tangan untuk menyambut kedatangan koran ini.

Advertisement

Dia merupakan Kepala Dusun Salakan, yang namanya tidak asing lagi karena dikenal sebagai pemrakarsa pengelola sampah rumah tangga menjadi sesuatu yang bermanfaat positif dan bernilai ekonomis bagi warganya.

Pengelolaan sampah rumah tangga dirintis sejak memimpin dusun enam tahun silam. Upayanya itu kini menjadikan wajah dusun tampak sehat dan berseri sekaligus memberi pendapatan bagi warganya melalui bank sampah yang didirikan.

Advertisement

Pengelolaan sampah rumah tangga dirintis sejak memimpin dusun enam tahun silam. Upayanya itu kini menjadikan wajah dusun tampak sehat dan berseri sekaligus memberi pendapatan bagi warganya melalui bank sampah yang didirikan.

“Semua berkat dukungan masyarakat. Tanpa kekompakan warga, program ini [bank sampah] tidak akan berjalan baik,” ujar Jumali, Kamis lalu.

Dia menceritakan ambisi besarnya dalam persoalan sampah di Salakan dimulai dari banyaknya keluhan warga soal sampah yang bertambah banyak setiap harinya.

Advertisement

“Saya ajak studi banding ke kabupaten tetangga yang sudah jalan mengelola sampah. Akhirnya perlahan warga paham pentingnya punya sistem pengelolaan sampah,” kata Jumali.

Dari meraih 125 pelanggan sampah dengan membayar iuran Rp12.000 per kepala keluarga, Jumali mengembangkan pengelolaan sampah dengan berbagai referensi yang dimiliki. Hasil pendapatan awal ini digunakan untuk membayar dua warganya yang diangkat sebagai karyawan, yakni Parmo dan Mardiyanto. Mereka digaji Rp150.000 sampai Rp350.000 per bulan untuk mengambil sampah.

Bukan Jumali kalau gagal mengelola sampah. Timbul tenggelam semangat warga tidak menyurutkan Kadus itu untuk terus berinovasi dengan sampah. Ia mendirikan bank sampah untuk mendulang program tetap bisa berjalan. Sistem ala Jumali ini juga melayani tabungan sampai bernilai ekonomis dari warganya.

Advertisement

Cara melalui bank sampah ini cukup mengundang perhatian warga Salakan yang akhirnya datang berduyun-duyun menambung sampah ekonomis pada kelompok sampah.

“Seperti bank umumnya, uang dari tabungan sampah tiap warga bisa diambil kapan saja,” ujar Jumali. Omzet sampah berkisar Rp7,6juta untuk hitungan dua bulanan.

Dari kenaikan omzet kelompok ini, Jumali kini bisa menaikkan gaji dua karyawannya menjadi Rp1juta dan Rp1,2 juta per bulan. Malah, pengelolaan sampah ini berkembang dan mencuri perhatian sejumlah perguruan tinggi yang menyumbang peralatan seperti tambahan bak sampah.

Advertisement

Pengelolaan sampah di Dusun Salakan ini pun mendapat kepercayaan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk mengembangkan pemanfaatan limbah sampah pasar yang telah diolah menjadi pupuk organik. Hebatnya, produksi pupuk organik produk Salakan ini dibagi gratis ke kelompok petani dan masyarakat yang membutuhkan.

Tak heran Salakan beberapa kali menjadi jujukan studi banding daerah lain dan bisa menyabet kejuaraan dalam bidang lingkungan hidup. Kini, selain memiliki aset kendaraan roda tiga, pengelola sampah Salakan juga sudah bisa membeli kendaraan roda empat untuk menambah operasional pengelolaan sampah setiap harinya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif