Jogja
Jumat, 14 November 2014 - 17:20 WIB

PFY 2014 : Sineas Pelajar Jogja Terpuruk di Rumah Sendiri

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Proses pembuatan film Ditunda Minggu Depan yang dilakukan pelajar SMK Muhammadiyah Semin (Dokumentasi sekolah)

Harianjogja.com, JOGJA—Pekan Film Yogyakarta (PFY) 2014 memunculkan dua film terbaik untuk dua kategori yakni pelajar dan mahasiswa/umum. Di kategori film mahasiswa/umum, film Rena Asih karya dari sineas muda Jogja, Lingga Galih Permadi, berhasil menyabet penghargaan sebagai film terbaik.

Di kategori pelajar, sineas muda Jogja kalah bersaing. Film Kayu Rantai karya siswa SMAN 5 Purworejo terpilih menjadi yang terbaik. Dari total tujuh film yang masuk nominasi, hanya satu film karya pelajar Jogja yang masuk, yakni film Time is (Not) Money, karya siswa SMAN 8 Jogja.

Advertisement

Minimnya prestasi itu jelas disayangkan oleh salah satu juri PFY 2014, Alex Lutfi. Kepada Harianjogja.com, dirinya menuturkan persoalan serius yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di Jogja yang memiliki ekstra kurikuler atau pun kurikulum pendidikan film adalah pada paradigma mereka terhadap film itu sendiri.

Selama ini, menurut pria yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja itu, paradigma pengajaran film terhadap siswa masih terbatas pada hal-hal teknis macam akting, pengambilan gambar, interpretasi tema, dan hal-hal teknis lainnya

yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi dalam sebuah proses produksi film.

Advertisement

“Padahal film bukan hanya urusan pemanfaat teknologi saja,” katanya, Kamis (13/11/2014).

Dalam proses produksi, seorang filmmaker harus mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti penyutradaraan, casting pemain, dan artistik.

Baginya, ketiga hal inilah yang kini belum menjadi fokus dalam pengajaran film di institusi pendidikan Jogja. Aspek penyutradaraan, menurut dia sangat penting untuk menegaskan karakter tokoh dan cerita dalam sebuah film. Seorang sutradara yang baik, tentunya akan berani mengambil adegan-adegan yang lebih detail.

Advertisement

“Ini membuat film akan menjadi lebih hidup,” tuturnya.

Untuk kategori mahasiswa/umum, Alex menilai dari total 53 film yang masuk ke meja juri, lebih dari 80% merupakan film berkelas festival. Dia bahkan nyaris tak menemukan celah dalam film-film tersebut. Dia menilai, film Rena Asih yang terpilih sebagai film terbaik nyaris sempurna, mulai dari aspek keaktoran, casting pemain, artistik, hingga naskah dan skenario.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif