News
Jumat, 14 November 2014 - 13:27 WIB

KABINET JOKOWI-JK : Setelah Ingin "Muntah", Nurul Arifin Dikirimi Surat Terbuka

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nurul Arifin (nurularifin.com)

Solopos.com, SOLO — Pernyataan Nurul Arifin yang mengaku ingin muntah melihat menteri sering blusukan masih menimbulkan polemik. Setelah di-bully di Twitter, kini giliran sebuah surat terbuka tertuju untuk anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar itu.

“Sepertinya mbak sedang tidak enak badan ya. Kemarin kalau tidak salah saya mendengar, katanya mbak sedang sering mual-mual,” tulis @ryudeka di ryudeka.com.

Advertisement

Surat terbuka tertanggal 11 November 2014 itu mengkritik ucapan Nurul Arifin dengan gaya santai. Misalnya dia membandingkan ucapan mantan aktris era 1990-an yang membuat heboh lini masa itu dengan kicauan member JKT48.

“Mual aja bisa jadi berita. Saya mual-mual sambil kayang di Monas aja mungkin nggak akan ada yang peduli. Sama herannya saya waktu dulu membaca status salah satu personel JKT48 yang ngetwit “Ngantuk…” tapi yang ngeretweet bisa ratusan orang,” tulisnya.

Baru setelah itu, @ryudeka membahas latar belakang ungkapan “ingin muntah” politisi Golkar itu. Seperti diketahui, ucapan Nurul Arifin yang dikutip Tempo.co, 8 November 2014 lalu, menyebut ada menteri yang memanjat pagar saat sedang sidak.

Advertisement

Sebelumnya, media massa menyorot aksi Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, yang meloncat pagar saat melakukan sidak ke sebuah tempat penampungan TKI. Nurul pun mengatakan agar menteri jangan hanya melakukan pencitraan.

Ternyata di mata @ryudeka, aksi menteri yang lompat pagar adalah hal biasa. Dia membalas pendapat yang menyebut “pencitraan” dengan lebih menyoroti soal “mual” yang membuat Nurul Arifin ingin “muntah”.

“Kok bisa sih mbak? Melompat pagar itu sesuatu yang biasa lho, mbak. Paling tidak buat kami yang laki-laki dan dulu sering pulang malam dan pintu pagar rumah sudah digembok.”

Advertisement

Pelan-pelan, akhirnya penulis surat terbuka ini mengkritik kata “muntah” itu sebagai yang kasar terlepas dari aksi sang menteri benar-benar pencitraan atau sebaliknya.

“Terlepas itu tulus atau pencitraan, kalimat “Saya pengen muntah…” itu terkesan really harsh sekali. Kasar, kalau bahasa Indonesianya. Terpaksa saya terjemahkan, takutnya nanti mbak gantian mual sama saya karena sok keminggris. Jujur ya, mbak. Saya pernah mengalami seperti yang menteri itu alami. Dan itu menyakitkan sekali.”

Terakhir, surat itu ditutup dengan mengingatkan kembali latar belakang Nurul Arifin yang dulu populer menjadi artis sebelum menjadi politisi. Menurut si penulis, Nurul yang dulu sering tampil di berbagai film layar lebar dan sinetron itu bisa kembali menjadi artis setelah jadi politisi.

“Terus terang saat ini kita sudah tidak lagi memiliki aktris-aktris yang berani tampil bitchy dan pintar-pintar bodoh seperti yang dulu jadi trademark mbak di film-film Warkop atau “Kanan-Kiri Oke.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif