Entertainment
Rabu, 12 November 2014 - 15:20 WIB

Film, Karya Industri atau Karya Kreatif? Ini Jawaban Hanung Bramantyo

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hanung Bramantyo (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, JOGJA—Sebagai produk industri, semua film adalah industri. Pernyataan tegas itulah yang dilontarkan oleh sutradara Hanung Bramantyo.

Dalam seminar dan workshop bertajuk Pembiayaan Film secara Mandiri yang digelar di Gedung Teater Societet Taman Budaya Yogyakarta (TBY) Selasa (11/11/2014) siang, sutradara film Sang Pencerah itu menegaskan bahwa film tidak seharusnya didikotomikan menjadi film idealis dan komersil.

Advertisement

Menurutnya, meski tergolong sebagai karya kreatif, namun film tetaplah sebuah produk industri. Oleh karena itulah, sebagai seorang filmmaker, sutradara harus merancang persiapan sedetail-detailnya, tak hanya berhenti pada penyelesaian film secara fisik saja.

“Tapi juga harus dipikirkan, film itu akan diputar di mana dan siapa penontonnya,” ujarnya.

Ia menganalogikan, ketika Thomas Alfa Edisson membuat film dengan kamera pertamanya, ia tetap memutarnya di sebuah pasar malam.

Advertisement

Itu artinya, dia tetap menempatkan karyanya sebagai sebuah tontonan publik yang untuk menontonnya harus mengeluarkan uang. “Itu sekelas Thomas Alfa Edisson. Apalagi filmmaker seperti kita,” ujarnya.

Oleh karena itu, sebagai seorang filmmaker, ia merasa tak hanya wajib memiliki skill dalam bidang sinematografi saja, tapi juga harus memiliki skill presentasi.

Pasalnya, seorang filmmaker dalam hal ini ibarat pedagang kucing dalam karung. Dengan begitu, seorang filmmaker wajib memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap film yang diproduksinya.

Advertisement

“Kalau hanya bicara soal teknik dan idealisme sinematografi, itu sudah terjadi 10-15 tahun yang lalu. Sekarang era bisnis dan industri, jadi pola pikir kita pun harus berubah,” ucapnya.

Pegiat film independen asal Trimarsanto Film Klaten, Tonny Trimarsanto mengatakan, sebagai filmmaker, prinsip memegang teguh idealisme bukan berarti mengesampingkan pendonor.

Baginya, seorang filmmaker harus bisa merangkul investor, donatur, dan sponsor untuk bisa mewujudkan karya mereka. “Bahkan subsidi pemerintah pun terkadang juga dibutuhkan,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif