Jogja
Selasa, 11 November 2014 - 11:20 WIB

Ekohidrologi Bisa Atasi Krisis Air di DIY

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi air bersih (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, JOGJA – Konsep ekohidrologi dinilai dapat menjadi solusi atas potensi krisis air bersih yang menimpa wilayah DIY, terutama pasca realisasi atas keluarnya izin pembangunan ratusan hotel baru di wilayah ini.

Hal itu mengemuka dalam diskusi dengan para pakar ekohidrologi dunia yang menggelar acara Konferensi Internasional Ekohidrologi (International Conference on Ecohydrology/ICE) di Hotel Royal Ambarrukmo, Jogja, Senin (10/11/2014).

Advertisement

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Iskandar Zulkarnain mengungkapkan konsep dasar ekohidrologi adalah pendekatan pengelolaan sumber daya air dan biodiversitas dalam kesatuan.

Dalam konsep ekohidrologi, lanjutnya, penyediaan air bersih dilakukan dengan memanfaatkan ekosistem yang terdapat di lingkungan. “Pendekatan-pendekatan yang dilakukan itu berbasis ekosistem,” ujarnya.

Advertisement

Dalam konsep ekohidrologi, lanjutnya, penyediaan air bersih dilakukan dengan memanfaatkan ekosistem yang terdapat di lingkungan. “Pendekatan-pendekatan yang dilakukan itu berbasis ekosistem,” ujarnya.

Hal tersebut, ujarnya, tidak hanya berlaku di wilayah pegunungan atau pedesaan yang relatif lebih kaya akan ekosistem, melainkan juga di wilayah perkotaan yang lebih rentan terhadap persoalan krisis air bersih.

“Contohnya air yang telah digunakan dan menjadi limbah, di-treatment atau dialirkan melalui ekosistem yang disebut wetline atau wilayah basah yang ditanami tanaman-tanaman penyerap polusi. Sehingga kemudian, setelah keluar dari ekosistem, air itu menjadi bersih,” jelasnya.

Advertisement

Professor Maciej Zalewski, penemu konsep ekohidrologi sekaligus Direktur Pusat Ekohidrologi Kawasan Eropa, mengemukakan dengan pemanfaatan konsep ekohidrologi dalam menghadirkan air bersih dapat menekan potensial biaya secara signifikan.

“Efisiensinya dapat berbeda-beda. Namun sebagai gambaran, kita bisa mengeluarkan biaya 10 kali lipat lebih tinggi untuk menghadirkan air bersih melalui teknologi jika dibandingkan dengan menggunakan konsep ekohidrologi. Sangat efisien,” katanya.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda DIY Sulistyo mengakui perlu ada upaya harmonisasi keadaan antara pertambahan jumlah penduduk dengan ketersediaan air.

Advertisement

Apalagi, problem DIY tidak hanya terkait dengan pertambahan jumlah penduduk melainkan juga pertambahan jumlah hotel yang menyerap banyak air bersih setiap hari.

“Tadi disampaikan bahwa di Jogja sudah banyak dibangun hotel. Untuk mencari air perlu ke bawah. Sehingga perlu ada solusi agar masyarakat tetap dapat menggunakan air itu untuk kehidupan,” katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah saat ini telah mulai melakukan upaya untuk menghidupkan kembali sumber mata air (umbul) yang berada di sekitar DIY.

Advertisement

“Kami sudah mulai menghidupkan kembali umbul-umbul atau dam-dam kecil, seperti di Gunungkidul. Di Kota [Jogja] juga dulu pernah ada umbul dan jadi bangunan-bangunan, ini kamu kita hidupkan kembali,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif