Jogja
Senin, 10 November 2014 - 20:20 WIB

PEKAN FILM YOGYAKARTA 2014 : Saatnya Mengembalikan Film pada Fungsinya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Disbud DIY GBPH Yudaningrat saat meninjau stan pameran Pekan Film Yogyakarta 2014 di Ruang Pamer Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (8/11/2014). (Harian Jogja/Arief Junianto)

Harianjogja.com, JOGJA—Sebagai salah satu produk seni kreatif, film kini telah mengalami konvergensi. Film tak lagi dimaknai sebagai produk yang hanya bisa ditonton di bioskop dan layar tancap. Dengan campur tangan teknologi, film kini menjadi lebih dekat dengan penontonnya.

Film bisa diboyong ke ruang keluarga melalui televisi. Film juga tak hanya dikonsumsi masyarakat dewasa saja. Film menjelma menjadi produk seni yang paling bisa disentuh oleh seluruh lapisan masyarakat dari berbagai usia.

Advertisement

Itulah sebabnya, film harus sesegera mungkin dikembalikan pada fungsi asalnya, yakni sebagai institusi atau pranata sosial. Upaya itulah yang ingin dicapai dari gelaran Pekan Film Yogyakarta (PFY) 2014 di kompleks Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Kepala Seksi Film Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY Erlina Hidayati menuturkan, film bukan hanya berhenti pada deskripsi sebagai seni budaya populer dan karya artistik multidisiplin yang lahir dari kerja teknis sutradara, penulis skenario, kameramen, editor, maupun aktor.

Lebih dari itu, film harus mempresentasikan kembali realitas kehidupan sosial-budaya masyarakat di mana nilai, makna, dan emosinya dipertukarkan kembali oleh pembuat film kepada publik.

Advertisement

Dalam acara yang digelar mulai 8-14 November, Disbud DIY menggelar pameran Wajah Sinema Yogyakarta dan pemutaran film indie.

“Sesuai UU No.33/2009 tentang Perfilman, film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan,” kata Erlina, Sabtu (8/11/2014).

Dalam pameran Wajah Sinema Yogyakarta, Disbud DIY menampilkan puluhan stan yang diisi oleh pihak-pihak yang secara konsisten memperkaya khazanah perfilman Jogja, mulai dari lembaga independen, komunitas, hingga dari kalangan mahasiswa seperti Lima Enam Films, Fourcolours Film, Studio Kasat Mata, Kinoki, Montase, Rumah Sinema, dan Kunci Cultural Studies adalah pihak-pihak yang selama ini memiliki konsistensi untuk menghasilkan karya-karya film yang beridentitas kultural Jogja yang kuat.

Advertisement

Dinas kebudayaan DIY juga memutar beberapa film indie hasil karya para sineas muda Jogja yang masuk sebagai nominator Festival Film Indie 2014.

Selain pemutaran film dan pameran, panitia juga menggelar workshop tentang film dengan menghadirkan beberapa pengamat film sebagai pembicara. Rencananya, Selasa (11/11/2014) pagi, tepat pukul 09.30 di Ruang Seminar TBY, sineas muda Hanung Bramantyo yang akan didapuk menjadi salah satu pembicara.

Bersama sineas muda asal Klaten Tonny Trimarsanto dan Ismael Basbeth dari Bosan Berisik Lab, sutradara film Sang Pencerah ini akan mengisi workshop bertema Pembiayaan Film Secara Mandiri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif