News
Minggu, 9 November 2014 - 08:20 WIB

Kunjungi Jogja, Tiga Santri Cilik Asal Gaza Berbagi Pengalaman

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tiga santri asal Gaza, Palestina saat mengikuti dialog di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Hakim Jogja, Senin (3/11/2014). (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Harianjogja.com, JOGJA-Suasana Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Lukman Hakim Jogja riuh, Selasa (3/11/2014) siang. Sekolah itu kedatangan empat orang tamu istimewa dari Jalur Gaza, Palestina. Mereka yakni Husen Albasliqy,15; Salem Emaddudien Al Masy Al Haffidz,12; dan Omar Muhammad Abu Alhusna,13. Sementara seorang pendamping yang menyertai mereka adalah Muhammad Qaduroh, pemuda yang masih berusia 24 tahun namun kaya akan pengetahuan.

Wajah ketiga santri Palestina itu sangat rupawan, tidak menjemukan meski dipandang cukup lama. Hidungnya mancung, wajahnya
putih bersih, seperti terawat meski mereka hidup di tengah konflik yang tak kunjung usai.

Advertisement

Pesona santri-santri tampan itu ternyata memikat ratusan siswa di SDIT Lukman Hakim. Para siswa berebut ingin berkenalan dengan tiga santri gaza itu. Demi bisa mendekat dengan ketiga santri, para siswa bahkan rela berdesak-desakan meski terik Matahari begitu terasa menyengat di halaman sekolah. Begitu acara di panggung berakhir, para siswa bahkan langsung menyerbu ke atas panggung. Mereka membawa alat tulis dan kertas. Tiga santri Gaza itu pun jadi seperti seorang artis dadakan. Mereka harus sibuk melayani permintaan tanda tanggan dari ratusan siswa SDIT Lukman Hakim.

Sebelum menyalami para siswa, tiga santri Gaza itu terlebih dahulu bercerita mengenai kondisi konflik di negara mereka. Rentetan
senapan dan suara ledakan bom bukan hal asing di telinga mereka. Tapi di tengah situasi konflik berkecamuk itu, tak menyurutkan
tekad mereka untuk tetap belajar demi memperkaya khazanah pengetahuan.

Dengan tekad kuat, bahkan para santri ini bisa fasih membaca Alquran hanya dalam waktu setahun. Padahal, mereka juga belajar dari awal. Itu pun mereka kerap tidak tenang belajar karena peluru nyasar bisa saja menghantam rumah mereka setiap saat.

Advertisement

“Kalian siswa-siswa di Indonesia itu harus banyak-banyak bersyukur. Kalian hidup di negara yang penuh dengan kedamaian, tidak
seperti kami. Ketika belajar selalu dilingkupi suasana tidak tenang karena konflik yang tidak kunjung selesai. Jadi giatkan belajar,
jangan sia-siakan kesempatan bisa belajar di negara yang memiliki kondisi cinta damai ini,“ ujar Muhammad Qaduroh, Selasa lalu.

Kedatangan Qaduroh bersama tiga santrinya itu juga dalam rangka memberikan motivasi kepada siswa-siswa Indonesia. Dia
mengambil gambaran nyata nasib siswa di Palestina yang tidak seberuntung siswa Indonesia. Namun, semangat belajar siswa
Palestina sangat luar biasa. Semangat itulah yang sedianya ditiru siswa Indonesia.

Qaduroh juga memberikan apresiasi atas tingginya kepedulian masyarakat Indonesia dalam memberikan bantuan kepada rakyat
Palestina selama ini.

Advertisement

“Kami sangat bangga dengan Indonesia. Bagi kami, Indonesia merupakan saudara yang selalu mengiringi perjuangan Palestina,” paparnya.

Gagasan untuk menghadirkan santri-santri Jalur Gaza merupakan upaya Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) di kalangan siswa. Supervisor PPPA Jogja, Wachid, menuturkan siswa Palestina dihadirkan untuk menginspirasi anak-anak Indonesia tentang ungapan rasa syukur.

“Di samping itu kami ingin siswa-siswa di sini itu bisa tergugah sehingga punya motivasi kuat untuk belajar Alquran. Siswa Palestina
meski hidup di tengah konflik tapi pembelajaran Alquran dapat mereka tuntaskan dengan cepat. Seharusnya, siswa di sini [Indonesia] bisa lebih dari itu,” ucap Wachid.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif