Jogja
Jumat, 7 November 2014 - 03:20 WIB

Sssttt... Ada Peluang Usaha Industri Bambu di Sleman

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, SLEMAN—Lahan penanaman bambu di Kabupaten Sleman akan diperluas hingga 500 hektare dalam lima tahun mendatang.

Menurut Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman, Rofiq Andriyanto, kebutuhan bambu di Sleman dapat tercukupi jika target tersebut tercapai.

Advertisement

Rofiq mengakui, pihaknya terkendala untuk meyakinkan masyarakat agar tertarik dengan budi daya bambu. “Masyarakat menganggap kondisi tanah yang ada tanaman bambunya itu tidak baik. Padahal itu tidak benar dan seharusnya bambu bisa ditanam di mana saja,” jelasnya kepada wartawan di Ruang Humas Setda Sleman, Rabu (5/11/2014).

Rofiq menambahkan, tanaman bambu juga ramah lingkungan karena mampu menyerap karbon dalam jumlah besar.

Advertisement

Rofiq menambahkan, tanaman bambu juga ramah lingkungan karena mampu menyerap karbon dalam jumlah besar.

“Selain itu, tentu saja industri bambu adalah peluang bagi masyarakat Sleman. Bambu bisa jadi penggerak ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi,” kata Rofiq kemudian.

Sementara itu, Fajar Sudarwo, perwakilan Dewan Bambu Indonesia (DBI) mengatakan, terdapat tiga wilayah di Sleman yang diproyeksikan menjadi sentra penanamam bambu, yaitu Turi, Prambanan, dan Pakem.

Advertisement

Menurut Fajar, dibutuhkan advokasi terhadap kebijakan publik terkait pengakuan standar bambu. Sebab, selama ini standar bambu tidak diakui setingkat dengan kayu. Hal itu menjadi permasalahan lain yang menghambat perluasan lahan untuk budi daya bambu.

Pemerintah Kabupaten Sleman diharapkan menyediakan segala sarana dan prasarana pendukung jika memang serius mengembangkan potensi tanaman bambu.

“Apalagi nantinya bambu akan jadi industri kreatif budaya dan dibuatkan pasar sentra bambu,” ungkap Fajar menambahkan.

Advertisement

Direktur Center for Bamboo Application (CBA), Satya Hermawan juga yakin bambu memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan. Tiongkok merupakan salah satu negara yang sering meminta bambu dari Indonesia, khususnya bambu jenis petung.

“Bambu petung itu paling baik di dunia. Sekarang, harganya mencapai Rp40.000 per batang di Sleman,” papar Satya.

Satya berharap, bambu tidak sekadar dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. “Potensinya sudah ada dan bisa jadi penggerak ekonomi masyarakat Sleman. Selain itu, hampir semua bagian bambu dapat dimanfaatkan, mulai dari akar bawah sampai ujung atasnya,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif