Jogja
Jumat, 7 November 2014 - 22:20 WIB

Pembangunan Gedung di Jogja Ganggu Saluran Drainase

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Permukiman, Prasarana dan Sarana Wilayah (Kimpraswil) Kota Jogja mengeluhkan pembangunan hotel dan bangunan bertingkat lainnya di Kota Jogja. Pasalnya, proyek hotel itu mengganggu program pengelolaan saluran drainase.

Kepala Seksi Drainase Kimpraswil Kota Jogja, Hanung Wijaya mengatakan Kota Jogja merupakan wilayah dinamis. Jumlah luasan lahan yang dibangun seharusnya juga menjadi pertimbangan.

Advertisement

“Apalagi saat ini banyak bangunan bertingkat, hotel dan lainnya, membuat lahan untuk resapan berkurang. Karena wilayah yang bisa dibangun resapan menjadi semakin sempit,” terang, Hanung di kantornya, Kamis (6/11/2014).

Adanya pembangunan besar-besaran di wilayah Sleman membuat luasan resapan air juga turut berkurang. Berkurangnya resapan air kemudian menjadi beban di Kota Jogja. Sementara Bantul juga akan menanggung beban lebih berat. Karena menjadi wilayah yang menampung air.

Hanung berharap, setiap pemerintah wilayah yang dilewati aliran air, harus bekerja bersama-sama.

Advertisement

Program perawatan drainase Kimpraswil mencatat, pada 2013, ada 50 titik potensi rawan genangan di Kota Jogja, kini menurun menjadi 25 titik.

Hal ini, ujar Hanung, masih akan dievaluasi tiap lima tahun sekali. Maka, bukan tidak mungkin jumlah 25 tadi, pada 2018 semakin berkurang atau justru bertambah menjadi 70 atau lebih.

Yang masih menjadi kendala proyek SAH/drainase, adalah apabila proyek ditujukan untuk wilayah bantaran sungai. Genangan yang terjadi selama ini karena tanggul sungai lebih tinggi daripada tanah existing.

Advertisement

Kondisi ini semakin meningkat setelah erupsi merapi 2010, yang mana, tanggul semakin tinggi, karena air sungai Code meluap, akibat terbebani aliran lahar dingin.

“Jadi untuk wilayah Ledok Tukangan, Keparakan, yang biasanya langganan banjir, kami tidak bisa membangun drainase, sangat sulit. Kami hanya bisa memakai sistem polder atau pompa,” jelasnya.

Karakter banjir di Kota Jogja berbeda dengan Semarang. Di Semarang, banjir disebabkan rob, untuk pemompaan, dilaksanakan begitu sering. Sementara di Kota Jogja, banjir amat jarang terjadi, yang menjadi kendala selanjutnya justru biaya perawatan alat.

Tak hanya itu, kebiasaan buruk warga Kota Jogja yang masih suka membuang sampah di Saluran Air Hujan (SAH) atau drainase, juga adanya lumpur, turut ikut membuat saluran drainase harus rutin dirawat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif