Jogja
Jumat, 7 November 2014 - 20:20 WIB

Pancaroba, Ini Bencana yang Perlu Diwaspadai di Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, JOGJA- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat setempat turut mengupayakan mitigasi bencana secara mandiri menjelang pancaroba.

“Potensi bencana hidrometeorologi semisal angin kencang, banjir, serta tanah longsor paling rawan terjadi saat pancaroba hingga memasuki musim hujan,” kata Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi, Kamis (6/11/2014).

Advertisement

Menurut dia, mitigasi atau kesiagaan menghadapi berbagai kemungkinan bencana sebagai hal penting dimiliki masyarakat.

Beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan, antara lain memangkas pohon-pohon rindang yang berpotensi roboh dan mengurangi daun.

Advertisement

Beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan, antara lain memangkas pohon-pohon rindang yang berpotensi roboh dan mengurangi daun.

“Paling tidak masyarakat sudah memiliki kesadaran masing-masing bagaiaman menghadapi kemungkinan-kemungkinan bencana saat pancaroba,” kata Gatot.

Sesuai pengalaman bencana yang pernah terjadi di DIY, dia mengatakan, potensi angin kencang hingga puting beliung paling sering terjadi di Kabupaten Sleman dan Kota Jogja, bencana tanah longsor di Kabupaten Kulonprogo, khususnya Kecamatan Samigaluh.

Advertisement

Apalagi, kata dia, saat ini sedimentasi sisa erupsi di puncak Gunung Merapi masih sekitar 70 juta meter kubik.

“Sedimentasi yang berpotensi menjadi lahar dingin ke arah sungai-sungai di Yogyakarta potensinya mencapai 30 juta meter kubik,” kata dia.

Mengantisipasi seluruh potensi bencana yang ada, menurut dia, berbagai peralatan sistem peringan dini telah disiagakan oleh BPBD DIY, berkoordinasi dengan masing-masing pemerintah kabupaten.

Advertisement

Ia mencontohan untuk peralatan peringatan dini (Early Warning System/EWS) serta Circuit Closed Television (CCTV) telah terpasang di sepanjang titik rawan bencana, seperti Kali Code, Kali Kuning, dan Kali Winongo.

“Memang kalau dari kami semua sudah siap,” kata dia.

Meski demikian, ia mengimbau masyarakat di daerah-daerah rawan bencana secara mandiri dapat memaksimalkan sistem peringatan dini secara kolektif, misalnya mengaktifkan pembunyian kentongan bagi masing-masing warga.

Advertisement

“Sebab 1-2 jam pertama bencana itu murni milik masyarakat,” kata Gatot.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif