SOLOPOS.COM - Ilustrasi Gunung Merapi (JIBI/Dok)
Harianjogja.com, JOGJA-Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY Subandrio menyatakan tidak ada siklus empat tahunan erupsi di Gunung Merapi. Saat ini kondisi merapi aktif normal.
Menurut Subandrio dari hasil analisa peristiwa erupsi sejak 1780 sudah ada 100 kali erupsi merapi. Periode letusan tidak menentu atau tidak beraturan.
“Yang ada pengulangan letusan dengan waktu tidak teratur,” kata dia, Rabu (5/11/2014)
Subandrio mengakui rata-rata waktu erupsi merapi pernah terjadi dalam jangka empat tahun sekali, seperti erupsi 2006 lalu, kemudian kembali terjadi pada 2010 lalu. Karena dua peristiwa terakhir ini, masyarakat mengaitkan erupsi merapi tiap empat tahun sekali.
Adapun, tegas Subandrio, erupsi merapi tak terprediksi. Saat ini pihaknya terus melakukan pemantauan aktivitas merapi.
“Hasil pantauan hari ini [kemarin] belum ada gejala peningkatan aktifitas. Masih aktif normal,” ujar dia.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan BPPTKG DIY, siang kemarin, aktivitas Merapi dalam kondisi tenang.
Kendati demikian, BPBD tetap siaga dengan melakukan persiapan jika suatu saat erupsi terjadi. Di antaranya penyelesaian jalur evakuasi.
“Jalur evakuasi tinggal finishing selesai Desember mendatang,” kata dia.
Karena Merapi tenang, BPBD Sleman konsentrasi menghadapi bencana musim hujan. Di antaranya potensi banjir lahar hujan di Sungai Opak dan Sungai Gondol karena di hilir Sungai Opak yang masih menyimpan material 25 juta meter kubik. Sementara di Gendol 15 juta meter kubik material. Bila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan lama, diprediksi dapat terjadi lahar hujan.