Jogja
Rabu, 5 November 2014 - 10:20 WIB

Jangan Sembarangan Terima Tanah Uruk!

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - HARIANJOGJA/GIGIH M. HANAFI Sejumlah warga melihat lokasi kepulan asap yang berada di sebuah tanah kosong milik warga di Dusun Kranggan RT 03/RW 28, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Sleman, Senin (3/11). Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Gundukan tanah yang mengeluarkan semburan asap dan panas itu bekas tumpukan material. Bukan fenomena alam dari dalam tanah atau bumi.

Harianjogja.com, SLEMAN—Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Sleman, Epiphana Kristiyanti mengimbau masyarakat lebih berhati-hati jika menerima tanah uruk. Hal itu menyusul munculnya asap panas di pekarangan rumah warga Dusun Kranggan, Jogotirto, Berbah, Sleman, pada Minggu (2/11/2014) malam. (Baca Juga : Ada Tanah Berasap Tiba-Tiba, Warga Jogotirto Heboh)

“Semestinya ada pengecekan dulu, aman atau tidak jika ditaruh disitu,” kata Epiphana usai mengambil sampel material di lokasi asap panas, Selasa (4/11/2014).

Advertisement

Menurut Epiphana, tanah uruk paling aman jika unsurnya dari pasir.

“Setidaknya, dipastikan dulu uruk itu aman dan bukan dari bahan berbahaya,” imbuhnya kemudian.

Sementara itu, terkait fenomena asap panas di Kranggan, Epiphana belum bisa memastikan apakah material berasal dari sisa pembakaran pabrik spiritus atau pabrik  gula.

Advertisement

“Kami cek dan pastikan dulu melalui uji laboratorium. Namun, sementara ini ada dua kemungkinan, bisa buttom ash [abu dasar] atau fly ash [abu terbang]. Kepastiannya akan diketahui pada dua pekan mendatang,” imbuh Epiphana kemudian.

Fly ash merupakan abu yang sangat ringan dan halus yang diperoleh dari hasil pembakaran batu bara. Sementara buttom ash adalah abu yang sedikit lebih berat dan kasar dibanding fly ash.

“Sambil menunggu uji laboratorium, kami juga mencari tahu dari pemilik lahan tentang asal material. Kalau dari pabrik gula, berarti aman-aman saja. Namun jika pabrik spiritus, kami harus melakukan sesuatu untuk mengamankan,” papar Epiphana.

Advertisement

Epiphana menambahkan, pihaknya juga terus melakukan koordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY, Kepala Desa Jogotirto, dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BBTKLPP) Jogja.

“Tim juga mengecek kondisi air sumur penduduk sekitar. Antisipasi saja apakah mengandung bahan berbahaya atau tidak,” katanya kemudian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif