Jogja
Rabu, 5 November 2014 - 00:40 WIB

30 Warga Wonosari Ikut Tes HIV/AIDS Gratis

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang peserta tes diambil sampel darahnya untuk dilakukan tes HIV/AIDS, Selasa (4/11/2014). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Komisi Penaggulangan Aids (KPA) Gunungkidul melaksanakan Voluntary Counseling Test (VCT) di area terminal lama Wonosari, Selasa (4/11/2014). Tes tersebut diikuti secara sukarela oleh 30 warga di seputaran Kota Wonosari.

Kegiatan itu terselenggara berkat kerja sama antara KPA dengan Dinas Kesehatan Gunungkidul. Sebanyak dua orang konselor diterjunkan untuk mendampingi peserta tes.

Advertisement

Selain itu, ada dua orang yang bertugas untuk pengambilan sampel tes. Meski demikian, hasil dari tes tersebut tidak akan diumumkan ke publik, karena sifatnya yang sangat rahasia.

Sekretaris KPA Gunungkidul Iswandi mengatakan, tes dilakukan tujuannya untuk mencegah penyebaran HIV/Aids lebih luas lagi. Upaya pencegahan lainnya dengan menggalakkan sosialisasi akan bahaya penyakit menular tersebut.

“Biar lebih santai dan tidak terkesan serius, dalam kegiatan ini juga digelar hiburan organ tunggal,” kata Iswandi saat ditemui wartawan di sela-sela acara, Selasa (4/11/2014).

Advertisement

Dia mengaskan, tes yang digelar tidak ada unsur paksaan sama sekali. Peserta tes datang sendiri, dengan tujuan untuk mengetahui seseorang terkena penyakit itu atau tidak. “Setelah kami berikan pemahan, biasanya mereka datang sendiri untuk tes,” ungkapnya.

Iswandi juga menjamin, tes yang dilakukan bersifat rahasia, sehingga hasilnya tidak akan pernah dipublikasikan. Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi orang yang melakukan tes.

“Bagi yang negatif tidak jadi masalah. Tapi, bagi yang positif akan timbul masalah kalau diumumkan. Sebab, saat ini para penderita seringkali dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya.

Advertisement

Meski tes dilakukan secara gratis, sambungnya, namun tidak seluruh orang dapat melaksanakan tes. Pertimbangan mahalnya biaya tes menjadi pertimbangan supaya tes dilakukan secara selektif.

“Sekali tes itu biayanya Rp180.0000, jadi kami harus selektif. Sebelum tes dilakukan akan ada konselor yang mendampingi peserta. Kalau terbukti risiko terpapar tinggi, maka diperbolehkan tes. Namun, jika tidak maka tidak diizinkan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif