News
Selasa, 4 November 2014 - 01:30 WIB

TOL LAUT JOKOWI : Tanpa Industri di Indonesia Timur, Tol Laut Tetap Mahal

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone)

Solopos.com, SURABAYA — PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV meminta agar pemerintah melakukan pemerataan industri di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal itu perlu dilakukan sejalan dengan rencana dibangunnya tol laut (konektivitas laut) melalui kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat hingga timur Indonesia.

Direktur Utama Pelindo IV Mulyono mengatakan sebelum membangun tol laut, pemerintah harus menciptakan magnet-magnet ekonomi di kawasan timur terutama di Papua. Selama ini, kawasan timur Indonesia hanya menjadi konsumen barang-barang dari wilayah barat.

Advertisement

“Tanpa ada industri di KTI, tol laut tidak bisa maksimal. Setelah mengangkut barang dari barat ke timur, kapal pengangkut kontainer akan kembali lagi dalam keadaan kosong sehingga ongkos transportasi tetap dihitung bolak-balik dan mahal,” jelasnya usai diskusi Pelindo IV dengan pengusaha pelayaran di Surabaya, Senin (3/11/2014).

Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga perlu melakukan identifikasi komoditi andalan di setiap daerah agar mampu menciptakan industri lokal. Selain itu pemerintah harus memberikan kejelasan hukum dan kemudahan perizinan ataupun insentif bagi investor yang ingin membangun industri.

“Misalkan di Sorong komoditi andalannya adalah coklat, maka coklat diolah pabrik di sana dan menjadi barang siap lalu dikirim ke wilayah barat, begitu pula di Bitung dengan komoditi ikan-ikan dan kelapanya,” ujarnya.

Advertisement

Adapun rute tol laut yang akan diusulkan kepada pemerintah yakni dari Belawan – Batam-Jakarta- Surabaya-Makassar. Dari Makassar-Ambon-Sorong, serta Makassar-Balikpapan-Bitung. “Kami akan mengusulkan agar sebagian APBN dialokasikan untuk infrastruktur terutama membangun pelabuhan keperintisan di Sorong. Nanti kombinasi, APBN nya untuk bangun infrastruktur dan fasilitas sedangkan Pelindo beli alat bongkar muatnya” imbuhnya.

Mulyono menambahkan, Pelindo IV tahun ini memproyeksikan menambah kapasitas container yard (CY) menjadi 700.000 teus di Pelabuhan Makassar, sejalan dengan rencana revitalisasi pelabuhan pada tahap pertama. “Revitalisasi ataupun membangun Makassar New Port pada 2015 ini sebagai salah satu kesiapan kami dalam menghadapi proyek tol laut nantinya, termasuk pengembangan pelabuhan Bitung dan Sorong,” imbuhnya.

Sementara itu, untuk tol laut penumpang dan kapal pesiar, dinilai perlu membuat spesialisasi pelayanan, traveling leisure, transportasi terintegrasi serta destinasi wisata dan komersial.

Advertisement

Zulkifli Syahril, Branch Manager PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk, mengatakan dalam membangun proyek tol laut, pihak Pelindo 1 hingga 4 diminta untuk bersinergi karena perlu ketepatan waktu dalam pelayaran maupun bongkar muat.

“Rute yang diusulkan tersebut sangat bagus tetapi harus dibicarakan secara detail. Selama ini Pelindo belum sinergi sehingga tidak bisa connect sama sekali dan jadwal-jadwalnya pun tidak bisa teratur,” ujarnya.

Budi Muljono Rachman, General Manager East Trade PT Meratus Line, mengatakan pemerintah juga harus menyiapkan infrastruktur darat agar terjadi ketepatan waktu saat bongkar muat di pelabuhan. “Walaupun pelabuhannya sudah sangat siap, jadwal pelayaran tepat waktu tetapi kalau infrastruktur di sekitar pelabuhan belum baik tetap akan menggangu,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif