Jogja
Selasa, 4 November 2014 - 02:30 WIB

Labuhan Pura Pakualaman di Pantai Glagah, Ini Manfaatnya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu proses melarung gunungan dalam upacara adat Hajat Dalem Labuhan Kadipaten Pura Pakualaman di Pantai Glagah, Senin (3/11//2014). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO- Ritual adat Hajat Dalem Labuhan Kadipaten Pura Pakualaman kembali digelar di Pantai Glagah, Senin (3/11/2014). Kegiatan yang bertujuan melestarikan budaya ini juga bermnfaat sebagai daya tarik wisata.

Penghageng Kawedanan Kabudayan lan Pariwisata Kadipaten Pura Pakualaman KPH Indrokusumo mengatakan, labuhan merupakan tradisi yang dilakukan untuk membuang hal-hal negatif. Upacara tersebut dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru Islam 1 Muharam.

Advertisement

“Tradisi yang dilakukan dengan cara melarung sejumlah barang bekas ke laut dengan harapan membersihkan hal-hal buruk yang di tahun sebelumnya,” ujar KPH Indrokusumo di sela upacara adat tersebut.

Tak sekedar ritual adat dalam menyambut tahun baru Islam dan ungkapan rasa syukur. Penghageng Urusan Kepanitran KRT Prada Anggana menuturkan, ritual tersebut digelar sebagai upaya nguri-uri kabudayan Jawa yang sejak dahulu telah dilakukan oleh leluhur. Dari empat gunungan yang dibawa, satu gunungan dilarung ke laut.

“Gunungan itu terdiri dari berbagai ageman Paku Alam IX yang tidak lagi dikenakan. Tujuan dilarung adalah untuk membuang hal-hal buruk dan membersihkannya,” jelas dia.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kulonprogo Eko Wisnu Wardhana menambahkan, tradisi labuhan yang setiap tahun digelar dapat menjadi salah satu daya tarik wisata dari pantai tersebut.

Setiap penyelenggaraan upacara adat tersebut, pengunjung yang datang salah satu objek wisata unggulan Kulonprogo itu semakin meningkat.

“Tradisi ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang potensial untuk dikembangkan. Lebih jauh potensi tersebut dapat kami kembangkan sebagai salah satu item produk pariwisata yang dikemas dalam paket wisata,” jelas Eko.

Advertisement

Sri Pujiastuti, 40, warga asal Kecamatan Kokap mengaku, baru sekali melihat upacara adat tersebut. Kesempatan tersebut mencoba dimanfaatkannya untuk melihat seperti apa proses tersebut dilakukan.

“Saya mengajak keluarga untuk melihat upacara tersebut. Baru kali ini saya melihat langsung labuhan, dan ikut ngalab berkah. Karena katanya kalau mendapatkan salah satu isi gunungan bisa dapat keberuntungan,” ungkap Puji.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif