News
Senin, 3 November 2014 - 19:50 WIB

Siswa SMAN 1 Solo Bikin Pengolah Air Limbah dari Abu Gunung Kelud

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Luca Cada Lora, 17, siswa SMA Negeri 1 Solo didampingi salah seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anggoro Tri Mursito, menunjukkan alat penyaring limbah logam berat hasil kreasinya, belum lama ini. Alat tersebut berhasil meraih emas dalam National Young Inventors Award yang diselenggarakan LIPI. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Berkat rasa ingin tahu kegunaan abu letusan Gunung Kelud, siswa SMA Negeri 1 Solo berhasil menciptakan alat penyaring logam berat. Mereka adalah Luca Cada Lora, 17, kelas XI IPA 9 dan temannya Galih Ramadhan, 17, kelas XI IPA 3.

Awalnya, mereka tertarik dengan air selokan di depan rumahnya yang berubah menjadi jernih lantaran tercampur endapan abu vulkanik. “Setelah erupsi Gunung Kelud pada Februari lalu, saya melihat air selokan depan rumah airnya jernih. Ternyata setelah diperhatikan ada endapan abu vulkanik yang tercampur,” kata Luca, saat dihubungi Solopos.com, Senin (3/11/2014).

Advertisement

Luca dan Galih kemudian mencari referensi terkait manfaat abu vulkanik di internet dan berhasil menemukan jurnal ilmiah peneliti luar negeri tentang alat penyaring limbah dari abu vulkanik. Mereka berdua lantas meminta pendampingan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

“Kami menggunakan abu vulkanik yang telah disaring sehingga memiliki ukuran partikel yang hampir sama. Setelah itu dipanaskan dengan suhu 900 derajat celcius, baru digunakan untuk menyaring air,” jelas dia.

Kedua siswa itu mengkhususkan penelitian manfaat abu vulkanik untuk menyaring limbah industri logam berat yakni chronium hexavalent (cr-6). Logam tersebut biasa digunakan industri sebagai campuran pembuatan logam stainless steel dan cukup berbahaya. Limbah tersebut rentan menyerang pekerja industri logam dan termasuk sebagai karsinogen atau bahan penyebab kanker.

Advertisement

“Kami membuat alat sederhana, di mana limbah berbahaya tersebut disedot dengan mesin pompa air yang dipasangi pipa. Kami juga menambah pipa untuk mengatur debit agar tidak terlalu kencang, yang juga berfungsi sebagai pipa pembuangan. Setelah itu, air yang berisi limbah dialirkan ke tabung pertama yang berisikan serat fiber,” jelas dia.

Galih menjelaskan serat fiber tersebut memiliki fungsi untuk menyaring limbah yang berpartikel besar. Setelah melalui tabung pertama, baru air yang berisi limbah cairan dialirkan ke tabung kedua yang berisikan abu vulkanik yang bersifat menyerap limbah. “Abu vulkanik menyerap logam berat dan hasilnya limbah yang keluar tidak lagi berbahaya dan aman untuk dibuang,” kata dia.

Dengan adanya penemuan tersebut, mereka berharap dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, seperti industri pengolahan limbah batik, atau industri yang menghasilkan logam berat. Hasil penelitian kedua siswa itu berhasil meraih emas dalam National Young Inventors Award yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), awal bulan ini.

Advertisement

“Kami tengah mengurus proses pematenan metode dan desain penelitian ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI),” ungkap Galih.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif