Solopos.com, KLATEN — Sebanyak 20 pasar dari total 86 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Klaten mati suri dalam dua tahun terakhir. Penyebabnya berbeda-beda di setiap pasar. Namun, salah satunya jumlah pedagang yang semakin berkurang dan banyak yang beralih menjadi pedagang sayur keliling.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Klaten, Sugeng Haryanto, kepada wartawan akhir pekan lalu. Ada berbagai penyebab pasar tersebut mati suri. Di antaranya banyak pedagang pasar yang beralih menjadi pedagang sayur keliling. Juga tidak adanya regenerasi pedagang di pasar itu karena penerusnya memilih untuk bekerja atau merantau.
“Dari total 86 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Klaten, ada 20 pasar yang mati suri. Beberapa penyebabnya yakni menjamurnya pedagang sayur keliling yang lebih memanjakan pembeli. Akhirnya, banyak pedagang di pasar tradisional yang ikut berjualan keliling karena mereka tidak harus membayar retribusi. Selain itu, juga minimnya regenerasi pedagang karena penerusnya yang memilih bekerja,” katanya.
Koordinator Pasar se-Kabupaten Klaten, Didik Sudiyarto, juga menyatakan hal serupa. Maraknya pedagang sayur keliling dan tidak adanya regenerasi pedagang menjadi faktor penyebab semakin berkurangnya jumlah pedagang yang berjualan di pasar.
“Di Klaten ada 86 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Klaten. Dari jumlah itu, 39 pasar di antaranya adalah pasar desa dan 47 pasar lainnya pasar yang dibangun Pemkab. Tapi, ada 20 pasar yang masih ada bangunannya tetapi jumlah pedagangnya tidak sampai 10 orang sehingga kondisinya mati suri,” katanya akhir pekan lalu.
Ia menambahkan 20 pasar tradisional itu mati suri sejak dua tahun terakhir. Beberapa pasar tersebut di antaranya Pasar Bendogantungan di Klaten Selatan, Pasar Glagahwangi di Polanharjo, Pasar Ngaran di Delanggu, dan Pasar Klodran di Jatinom.
Terkait hal itu, Sugeng Haryanto menyatakan bakal mendata pasar-pasar yang mati suri itu. Ia juga akan melihat kondisinya di lapangan untuk mengetahui potensi pemanfaatannya ke depan.
“Nanti, kami akan mendata kondisi pasar yang mati suri itu untuk mengetahui kondisi dan potensi pengembangannya ke depan. Kami juga akan berkoordinasi dengan pedagang pasar dan warga setempat untuk mengetahui keinginan mereka sehingga tempat itu bisa lebih bermanfaat untuk masyarakat,” imbuhnya.
20 Pasar Tradisional yang Mati Suri:
Kecamatan Nama Pasar
Klaten Selatan Pasar Bendogantungan, Pasar Sawo Ngabetan
Polanharjo Pasar Glagahwangi
Delanggu Pasar Ngaran
Jatinom Pasar Klodran, Pasar Mundu
Cawas Pasar Baran, Pasar Bandungrejo, Pasar Kalimangu
Trucuk Pasar Jetis, Pasar Pager
Bayat Pasar Krakitan
Jogonalan Pasar Dadapan
Prambanan Pasar Burung Prambanan
Manisrenggo Pasar Mandungan, Pasar Wanutunggal
Wonosari Pasar Babadan
Juwiring Pasar Carikan
Gantiwarno Pasar Balong, Pasar Kebonagung
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Klaten