Soloraya
Minggu, 2 November 2014 - 16:30 WIB

Tak Ada Regenerasi Pedagang, 20 Pasar Tradisional di Klaten Mati Suri

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana Lantai III Pasar Kota Klaten. Foto diambil kamis (30/10/2014). (Ayu Abriyani/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Sebanyak 20 pasar dari total 86 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Klaten mati suri dalam dua tahun terakhir. Penyebabnya berbeda-beda di setiap pasar. Namun, salah satunya jumlah pedagang yang semakin berkurang dan banyak yang beralih menjadi pedagang sayur keliling.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Klaten, Sugeng Haryanto, kepada wartawan akhir pekan lalu. Ada berbagai penyebab pasar tersebut mati suri. Di antaranya banyak pedagang pasar yang beralih menjadi pedagang sayur keliling. Juga tidak adanya regenerasi pedagang di pasar itu karena penerusnya memilih untuk bekerja atau merantau.

Advertisement

“Dari total 86 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Klaten, ada 20 pasar yang mati suri. Beberapa penyebabnya yakni menjamurnya pedagang sayur keliling yang lebih memanjakan pembeli. Akhirnya, banyak pedagang di pasar tradisional yang ikut berjualan keliling karena mereka tidak harus membayar retribusi. Selain itu, juga minimnya regenerasi pedagang karena penerusnya yang memilih bekerja,” katanya.

Koordinator Pasar se-Kabupaten Klaten, Didik Sudiyarto, juga menyatakan hal serupa. Maraknya pedagang sayur keliling dan tidak adanya regenerasi pedagang menjadi faktor penyebab semakin berkurangnya jumlah pedagang yang berjualan di pasar.

“Di Klaten ada 86 pasar tradisional yang dikelola Pemkab Klaten. Dari jumlah itu, 39 pasar di antaranya adalah pasar desa dan 47 pasar lainnya pasar yang dibangun Pemkab. Tapi, ada 20 pasar yang masih ada bangunannya tetapi jumlah pedagangnya tidak sampai 10 orang sehingga kondisinya mati suri,” katanya akhir pekan lalu.

Advertisement

Ia menambahkan 20 pasar tradisional itu mati suri sejak dua tahun terakhir. Beberapa pasar tersebut di antaranya Pasar Bendogantungan di Klaten Selatan, Pasar Glagahwangi di Polanharjo, Pasar Ngaran di Delanggu, dan Pasar Klodran di Jatinom.

Terkait hal itu, Sugeng Haryanto menyatakan bakal mendata pasar-pasar yang mati suri itu. Ia juga akan melihat kondisinya di lapangan untuk mengetahui potensi pemanfaatannya ke depan.

“Nanti, kami akan mendata kondisi pasar yang mati suri itu untuk mengetahui kondisi dan potensi pengembangannya ke depan. Kami juga akan berkoordinasi dengan pedagang pasar dan warga setempat untuk mengetahui keinginan mereka sehingga tempat itu bisa lebih bermanfaat untuk masyarakat,” imbuhnya.

Advertisement

20 Pasar Tradisional yang Mati Suri:
Kecamatan                                          Nama Pasar
Klaten Selatan                                   Pasar Bendogantungan, Pasar Sawo Ngabetan
Polanharjo                                          Pasar Glagahwangi
Delanggu                                              Pasar Ngaran
Jatinom                                                Pasar Klodran, Pasar Mundu
Cawas                                                    Pasar Baran, Pasar Bandungrejo, Pasar Kalimangu
Trucuk                                                  Pasar Jetis, Pasar Pager
Bayat                                                     Pasar Krakitan
Jogonalan                                           Pasar Dadapan
Prambanan                                         Pasar Burung Prambanan
Manisrenggo                                     Pasar Mandungan, Pasar Wanutunggal
Wonosari                                             Pasar Babadan
Juwiring                                               Pasar Carikan
Gantiwarno                                        Pasar Balong, Pasar Kebonagung

Sumber: Disperindagkop dan UMKM Klaten

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif