Soloraya
Jumat, 31 Oktober 2014 - 06:10 WIB

PERTANIAN KARANGANYAR : Impor Gula Menggila, Petani Tebu Terlunta

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tebu (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, KARANGANYAR –Petani tebu di Soloraya terlunta-lunta akibat impor gula yang menggila oleh pemerintah pusat dalam dua bulan terakhir. Tak tanggung-tanggung, akibat impor gula yang dinilai overcapasityitutelah menyebabkan kerugian material hingga miliaran rupiah.

Jeritan petani tebu se-Soloraya itu terungkap saat puluhan petani tebu se-Soloraya melakukan koordinasi dengan jajaran Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Jateng di Graha Pindusita di kompleks Agrowisata Sondokoro, Tasikmadu, Karanganyar, Kamis (30/10/2014).

Advertisement

Ketua DPD APTRI Jateng, Sukadi Wibisono, mengatakan petani tebu yang tersebar di Jateng belum bisa menikmati penghasilan dari penjualan tebu. Pasalnya di pasaran saat ini sudah beredar luas gula impor, seperti jenis rafinasi.

Dilihat dari harga per kilogram, gula impor jauh lebih murah dibandingkan Harge Eceran Tertinggi (HET) gula yang berkisar Rp8.000 per kilogram. Di satu sisi, harga satu kilogram gula lokal berkisar Rp7.700. Di sisi lain, harga gula impor jenis rafinasi hanya Rp6.000 per kilogram.

“Kebijakan impor gula ini sudah terlalu parah. Padahal, sesuai SK 527 [tahun 2004], gula jenis rafinasi itu harus sudah dilarang. Kenyataannya, gula itu masih beredar di pasaran. Saat ini, juga masih ada 5,8 juta ton gula impor di dermaga yang siap dipasarkan. Kalau kebijakan ini tak dihentikan, petani tebu Indonesia akan merugi. Kalau sudah seperti itu, petani menjadi malas untuk menanam tebu karena hasilnya selalu merugi,” katanya saat ditemui wartawan seusai berdialog dengan petani tebu se-Soloraya di Tasikmadu.

Advertisement

Disinggung tentang perbedaan kualitas gula impor dengan gula lokal, Sukadi Wibisono memastikan gula lokal jauh lebih memiliki rasa manis dibandingkan gula impor. Kendati seperti itu, harga gula impor yang cukup murah menyebabkan gula lokal kalah bersaing di pasaran.

“Banyak gula petani yang belum laku. Kami akan meminta kepada pemerintah pusat untuk mengusut kebijakan impor yang merugikan petani tebu itu. Mumpung ini, pemerintah pusatnya baru [di bawah kepemimpinan Jokowi],” katanya.

Perwakilan petani tebu Karanganyar, Eko Setiyono, mengakui penjualan gula lokal sempat tersendat. Banyak gula milik petani yang masih ngendon di gudang gula yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Advertisement

“Nasib petani tebu saat ini jelas miris. Banyak yang mengalami kerugian material yang tak sedikit. Gula lokal yang ada di gudang masig sangat banyak [belum terjual]. Sementara, petani tebu yang siap panen juga masih sangat banyak. Ini semua berawal dari kebijakan impor gula. Melalui DPC APTRI Karanganyar, kami sudah memohon kepada pemerintah pusat agar melakukan moratorium atas impor gula,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif