Jogja
Jumat, 31 Oktober 2014 - 05:20 WIB

Duh, Monumen Batik di Jogja Sering Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, JOGJA-Monumen Batik di Kawasan Titik Nol Kilometer Jogja kerap menjadi sasaran vandalisme oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga kaca yang menutup kain batik di monumen kerap pecah.

“Kami sebenarnya sudah melakukan pengawasan secara rutin, namun terkadang kaca penutup monumen sudah ditemukan pecah sehingga harus dilakukan perbaikan secara rutin,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Syarif Teguh, Rabu (29/10/2014).

Advertisement

Selain kaca penutup kain batik yang kerap ditemukan pecah, kawasan Monumen Batik tersebut juga sering dijadikan tempat buang air kecil sehingga berbau pesing dan mengganggu wisatawan yang berada di lokasi tersebut.

Syarif berharap, masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak melakukan berbagai kegiatan yang dapat merusak dan mengganggu keindahan kawasan yang menjadi ikon wisata Kota Jogja itu, apalagi monumen tersebut terletak tidak jauh dari Gedung Agung.

Sementara itu, Kepala Seksi Tata Perkotaan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Jogja Wahyu Setyowati mengatakan, pada tahun ini kembali melakukan kegiatan pemeliharaan Monumen Batik untuk memperbaiki beberapa kerusakan.

Advertisement

“Perawatan selalu dilakukan setiap tahun. Ada saja kaca yang pecah sehingga harus diganti dengan yang baru. Tahun ini, kaca diganti dari jenis akrilik,” katanya.

Di kawasan monumen tersebut terdapat enam titik monumen yang di bagian bawahnya digunakan untuk menampilkan berbagai jenis batik khas Jogja.

“Anggaran pemeliharaan tahun ini adalah sekitar Rp50 miliar. Pemeliharaan hanya untuk memperbaiki bagian yang rusak, tidak ada penambahan baru,” katanya yang berharap kegiatan pemeliharaan bisa diselesaikan pertengahan November.

Advertisement

Pembangunan Monumen Batik di Kota Jogja tersebut dicanangkan bertepatan dengan penetapan batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Monumen tersebut diharapkan mampu menunjukkan kepada dunia bahwa batik adalah budaya asli milik bangsa Indonesia, sekaligus memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk semakin mencintai dan membanggakan batik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif