Jogja
Rabu, 29 Oktober 2014 - 08:20 WIB

KISAH SISWA KARAWITAN : Demi Melestarikan Gamelan, Ejekan dan Jarak Tak Dihiraukan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa SMKI Bantul berlatih menabuh gamelan, Selasa (28/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Harianjogja.com, BANTUL-Alunan merdu musik gamelan hampir setiap hari terdengar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kasihan Bantul. Suasana itulah yang tersaji di sekolah yang populer dengan nama Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Jogja.

Para siswa-siswi yang belajar di SMKI Jogja merupakan remaja yang tetap melestarikan gamelan sebagai wujud seni tradisional Nusantara. Mereka tidak memedulikan penilaian negatif dari teman sebaya yang mengatakan kalangan mereka hanyalah kumpulan remaja udik atau kuno.

Advertisement

Anisa Rahmawati dan Krisma Hadi Mustofa merupakan dua dari sekian pelajar SMKI Jogja yang terus mengembangkan seni bermain gamelan. Keduanya jauh-jauh dari Gunungkidul dan indekos di Jogja untuk memenuhi keinginan hati bersekolah di SMKI Jogja. Keinginan mereka satu, menuruti keinginan bisa mahir belajar gamelan.

Krisma berasal dari Kecamatan Panggang, Gunungkidul. Dia sudah punya dasar keahlian dalam bermain musik gamelan sejak bangku sekolah dasar sehingga ketika di SMKI hanya tinggal mematangkan. Tidak ada desakan dari orangtuanya untuk bersekolah di jurusan karawitan.

“Semua terserah saya. Bapak dan ibu waktu itu merestui saja ketika saya sampaikan niatan untuk bersekolah di SMKI,” ujar siswa kelas X Karawitan 3 itu saat ditemui Harianjogja.com, Selasa (28/10/2014).

Advertisement

Memilih sekolah karawitan sebagai pilihan tentu saja sempat dicemooh oleh teman-teman sebayanya dari kampung. Teman SMP-nya banyak yang melanjutkan ke sekolah umum, tapi sedikit pun tidak menyurutkan tekad Krisma untuk datang ke Jogja mendaftarkan diri ke SMKI. Perlahan tapi pasti, dia semakin menemukan identitasnya sebagai penggiat seni. Remaja bertubuh kurus ini tetap percaya ada masa depan cerah di balik pilihannya bergelut dengan dunia karawitan.

“Cita-cita saya menjadi guru karawitan juga biar bisa terus melestarikan seni gamelan,” paparnya.

Begitu halnya dengan  Anisa Rahmawati. Pilihannya menggeluti seni karawitan merupakan keinginan kuat dari dalam hatinya. Kiprahnya menekuni karawitan awalnya juga menuai ejekan dari teman-temannya. Maklum, dia berwajah manis sehingga dikatakan aneh punya niatan menggeluti gamelan.

Advertisement

“Ya dikatain ini itu sama teman-teman. Tapi itu sudah jadi tekad saya untuk menekuni dunia karawitan,” paparnya menambahkan.

Lebih-lebih dia belum memiliki kemampuan dasar dalam karawitan. Gadis yang punya lesung di dagu itu hanya punya modal suka di dunia karawitan sedari bangku SMP. Hanya butuh waktu singkat bagi Anisa untuk bisa mahir memainkan aransemen gamelan. Belum genap satu semester dia bersekolah di SMKI, Anisa sudah bisa memainkan sejumlah aransemen gamelan.

Sementara I Ketut Idep Sukanaya, guru pembimbing karawitan di SMKI Jogja mengungkapkan, modal bisa mahir dalam seni karawitan hanyalah keinginan kuat. Selama ini dia sering mengajari peserta didik yang ketika masuk di SMKI sama sekali tidak memiliki keahlian dasar.

“Mereka punya niat kuat, kalau tidak punya niat kuat tentu tidak nekat masuk ke sini,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif