Jogja
Selasa, 28 Oktober 2014 - 01:20 WIB

Belajar Sejarah di Monumen Ngoto Bantul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pelajar menyaksikan relief di Monumen Perjuangan TNI AU di Dusun Ngoto, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kamis (23/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Monumen perjuangan TNI Angkatan Udara di Dusun Ngoto, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon Bantul menjadi salah satu tempat primadona bagi kalangan anak sekolah. Selain lokasinya tenang dan nyaman, di museum ini siswa sekolah dapat belajar sejarah perjuangan nasional. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harianjogja.com, Endro Guntoro.

Berbeda dengan museum Adisutjipto yang menampilkan ragam pesawat terbang, Monumen Ngoto, begitu lokasi ini biasa disebut, menjadi tempat disemayamkannya dua jenazah pahlawan nasional.

Advertisement

Marsda TNI (Anu) Agustinus Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh. Monumen Ngoto lebih spesifik mengenalkan kiprah keduanya pada zaman merebut kemerdekaan Indonesia.

Di tengah perkampungan, monumen yang baru dibangun dua kali sejak dirintis pada 1 Maret 1948, yakni di 1980 dan 29 Juli 2000, ini merupakan titik jatuh dari awak pesawat jenis C-47 Dacota pada 29 Juli 1947.

Pesawat itu dipiloti dua komodor muda udara, Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh serta opsir muda udara 1 Adisumarmo Wiryokusumo.

Advertisement

Mereka saat itu menjalankan misi kemanusiaan membawa obat-obatan dari Palang Merah Malaya untuk Indonesia. “Kemudian ditembak Belanda dan terjatuh di sini [Ngoto],” ucap Kapten Tek Edy Purwanto, perwira yang ditugaskan Dispen Mabes TNI AU sebagai pemandu Monumen Ngoto, Kamis (23/10).

Pemandu lulus pendidikan khusus ini menjelaskan banyak nilai sejarah secara detail di monumen perjuangan TNI AU di Ngoto. Salah satunya, rencana penyerangan perebutan kemerdekaan Indonesia yang cukup penting diketahui setiap pengunjung.

Perwira yang pernah pernah bertugas di Madiun, Jawa Timur ini tidak hanya menjelaskan seputar peristiwa yang dialami Adisutjipto, Saleh dan Adisumarmo.

Advertisement

Dia juga menjelaskan seisi monumen seperti potongan ekor pesawat Dakota yang dipasang di pintu masuk serta komitmen TNI AU dalam pengabdian terhadap bangsa dan negara.

Reischa Pratiwi, siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bantul, dan Dini, murid Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Jogja, mengaku senang berkunjung ke Monumen Ngoto. “Berbeda dengan hanya belajar dari buku. Datang langsung bisa belajar lebih detail,” ujar Dini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif