Soloraya
Senin, 27 Oktober 2014 - 05:10 WIB

MALAM 1 SURA : Sedekah Gunung, Persembahan Warga Boyolali untuk Merapi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rombongan membawa sesaji dan kepala kerbau untuk dilarung di kawasan puncak Gunung Merapi dalam rangka Sedekah Gunung memperingati malam 1 Sura, Jumat (24/10/2014) malam. (Irawan Sapto Adi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI—Peringatan 1 Sura di Boyolali dilakukan dengan kegiatan Sedekah Gunung. Saat Malam 1 Sura digelar kirab.

Sekitar 50 laki-laki berseragam baju kejawen berbaris di halaman Balai Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jumat (24/10/2014) pukul 20.00 WIB.

Advertisement

Setelah beberapa menit berselang, barisan telah rapi, mereka lantas masuk ke kompleks balai desa yang terletak di lereng Gunung Merapi tersebut.

Seketika masuk, puluhan orang yang sebagian besar merupakan perwakian dari pengurus RT di Lencoh itu disambut meriah oleh seribuan warga yang sedari sore telah datang di sekitar balai desa. Segala benda atau barang yang mereka bawa menjadi pusat perhatian warga yang berasal dari Selo serta luar Boyolali itu.

Advertisement

Seketika masuk, puluhan orang yang sebagian besar merupakan perwakian dari pengurus RT di Lencoh itu disambut meriah oleh seribuan warga yang sedari sore telah datang di sekitar balai desa. Segala benda atau barang yang mereka bawa menjadi pusat perhatian warga yang berasal dari Selo serta luar Boyolali itu.

Tidak mau ketinggalan, sebagian besar warga bahkan sampai berebut tempat guna mencari posisi paling strategis atau dekat dengan rombongan. Mereka rela berdesakan untuk menyaksikan dan mengabadikan setiap aksi dari rombongan dengan kamera. Rombongan di bagian paling depan, yang membawa tandu menjadi hal yang paling ditunggu warga.

Setelah diarak, rombongan kemudian meletakan kepala kerbau di salah satu meja yang tersedia di tengah Balai Desa Lencoh. Ya, saat itu secara resmi pembukaan acara Sedekah Gunung dalam rangka kegiatan menyambut 1 Sura telah dimulai.

Advertisement

Adat Boyolali

Dalam sambutannya, Syawaludin, mengatakan tradisi Sedekah Gunung sebagai salah satu adat budaya di Boyolali perlu untuk tetap dilaksanakan hingga tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut sebagai salah satu cara melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang. Selain itu, kegiatan budaya semacam Sedekah Gunung bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Kota Susu.

“Bapak Bupati nitip weling adat budaya Sedekah Gunung tansah teras terlaksana. Kegiatan budaya ini bisa mendukung pariwisata Boyolali. Maksudnya, melalui tradisi atau kebudayaan yang ada di Boyolali, bisa menarik wisatawan mengenal sekaligus datang ke sini [Boyolali],” kata Syawaludin.

Advertisement

Dalam serangkaian acara pembukaan, masyarakat juga diperdengarkan pembacaan legenda mengenai Sedekah Gunung oleh salah satu perwakilan tokoh adat di Lencoh sebelum mulai ujub sesaji dan kindungan. Hal itu untuk memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai asal usul salah satu tradisi yang hingga kini masih rutin dilaksanakan di Boyolali itu.

Menurut Kepala Desa Lencoh, Sumardi, legenda Sedekah Gunung berasal dari cerita Kyai Petruk yang bernama muda Handoko Kusuma. Kyai Petruk dipercaya sebagai pengayom warga lereng Merapi. Alasan dinamakan Petruk karena mempunyai tubuh tinggi dan hidung yang panjang. Pada saat itu, lanjut Sumardi, Raden Handoko Kusumo atau Kyai Petruk itu memang telah dianggap menjadi seorang pengayom, hingga sampai meninggalnya di Lereng Gunung Merapi.

“Maka mulai saat itu dipercaya [masyarakat], disetiap malam 1 Sura, digelar Sedekah Gunung. Sederhananya [Sedekah Gunung] dijadikan sarana persembahan masyarakat untuk memohon kepada yang Maha Kuasa agar diberi keselamatan hidup,” kata Sumardi saat dijumpai Espos di sela-sela acara.

Advertisement

Setelah pembacaan legenda Sedekah Gunung, kemudian dilaksanakan penyerahan simbolis sesaji dan kepala kerbau kepada Kepala Desa Lencoh, Sumardi pada sekitar pukul 23.20 WIB. Setelah itu, rombongan langsung diberangkatkan untuk larung sesaji dan kepala kerbau ke kawasan puncak Gunung Merapi. Saat mulai pendakian, sebagian besar dari masyarakat hanya mengantar rombongan hingga sampai New Selo. Sesaji dan kepala kerbau lantas hanya dibawa oleh sekitar empat orang menuju kawasan puncak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif